Seluruh komoditas asal Indonesia masih terancam terkena bea masuk 19% di Amerika Serikat lantaran belum ada kejelasan perkembangan perjanjian dagang resiprokal. Sebab, Menteri Perdagangan Budi Santoso mengaku belum ada kepastian terkait nasib perjanjian dagang resiprokal dengan Amerika Serikat saat sebagian komoditas dari empat negara tetangga telah terbebas bea masuk.
Busan menyampaikan belum dapat memastikan apakah proses perundingan perjanjian dagang tersebut akan menemui kata sepakat pada bulan ini. Salah satu bagian dalam perundingan perjanjian dagang dengan Negeri Paman Sam adalah meniadakan bea masuk bagi produk yang tidak diproduksi di Amerika Serikat, seperti minyak sawit mentah, karet, kakao, alas kaki, dan garmen.
"Kami belum tahu apakah perundingan perjanjian dagang resiprokal dengan Amerika Serikat rampung bulan ini atau tahun depan. Kita tunggu saja," kata Busan di Jakarta Selatan, Kamis (18/12).
Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo menilai perundingan perjanjian resiprokal dengan Amerika Serikat tidak mungkin gagal total. Walau demikian, pengusaha menilai gagalnya perundingan dagang tersebut akan menambah ketidakpastian bagi pengusaha di dalam negeri.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Bob Azam menyatakan argumen utama yang dibawa ke meja perundingan dari dalam negeri adalah perdagangan yang adil. Menurutnya, pengusaha asal Indonesia harus mendapatkan perlakuan yang sama dengan pengusaha dari negara lain di Asia Tenggara.
"Menurut saya, perundingan peniadaan bea masuk untuk beberapa komoditas tidak akan gagal sama sekali, jangan sampai lah. Kami mendorong bukan hanya perdagangan bebas, tapi perdagangan yang adil," kata Bob kepada Katadata.co.id.
Seperti diketahui, empat negara di Asia Tenggara telah menyelesaikan perundingan dagang resiprokal dengan Amerika Serikat pada akhir Oktober 2025, yakni Malaysia, Vietnam, Kamboja, dan Thailand. Negeri Paman Sam setuju meniadakan bea masuk pada ratusan komoditas dari keempat negara tersebut, termasuk CPO, kakao, karet, dan garmen.
Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto memastikan perundingan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih berlanjut. Hal ini ditegaskan di tengah kabar batalnya kesepakatan tarif perdagangan Indonesia dengan Negara Paman Sam itu.
Dia menjelaskan saat ini proses perundingan perdagangan dengan AS tidak ada permasalahan spesifik. Menurut Haryo, dinamika dalam proses perundingan tersebut merupakan hal yang wajar.
Kemenko Perekonomian tetap mengharapkan hasil yang positif dari perundingan tarif perdagangan ini. "Pemerintah Indonesia berharap kesepakatan dapat segera selesai dan menguntungkan kedua belah pihak," kata Haryo kepada Katadata.co.id, Rabu (10/12).




