JAKARTA, KOMPAS.com - Asap putih terlihat membumbung tinggi dari beberapa titik rel kereta api yang berada di antara Kampung Bahari dan Kampung Muara Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kepulan asap tersebut berasal dari tumpukan sampah di pinggir rel kereta api yang dibakar oleh warga. Aktivitas pembakaran ini dilakukan hampir setiap hari sebagai upaya mengurangi tumpukan sampah di sepanjang rel kereta api Tanjung Priok yang terus bertambah.
Kobaran api dengan cepat meludeskan sampah segar yang menumpuk di pinggir maupun di tengah rel kereta api yang sudah tidak aktif dilintasi. Sampah-sampah tersebut kemudian berubah menjadi residu hitam.
Baca juga: Tak Ada TPS, Warga Buang Sampah di Rel Kereta Api Tanjung Priok
Residu hasil pembakaran perlahan menguruk bagian tengah rel yang sebelumnya berupa cekungan berisi bebatuan, hingga berubah menjadi bidang tanah yang relatif rata.
KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU Rel kereta api di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadi tempat pembuangan sampah.
Warga terpaksa membakar sampah lantaran sejak tahun 1980-an, sampah yang menumpuk di sepanjang rel kereta api Tanjung Priok tak pernah diangkut.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=sampah, membakar sampah, indepth, sampah di rel, sampah di rel tanjung priok&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xOC8xODM4MjMwMS9wdWx1aGFuLXRhaHVuLXRhay1kaWFuZ2t1dC13YXJnYS1iYWthci10dW1wdWthbi1zYW1wYWgtZGktcmVsLWtlcmV0YS1hcGk=&q=Puluhan Tahun Tak Diangkut, Warga Bakar Tumpukan Sampah di Rel Kereta Api Tanjung Priok§ion=Megapolitan'
var xhr = new XMLHttpRequest();
xhr.addEventListener("readystatechange", function() {
if (this.readyState == 4 && this.status == 200) {
if (this.responseText != '') {
const response = JSON.parse(this.responseText);
if (response.url && response.judul && response.thumbnail) {
const htmlString = `
${response.judul}
Artikel Kompas.id
`;
document.querySelector('.kompasidRec').innerHTML = htmlString;
} else {
document.querySelector(".kompasidRec").remove();
}
} else {
document.querySelector(".kompasidRec").remove();
}
}
});
xhr.open("GET", endpoint);
xhr.send();
"Ini (sampah dibakar) karena dibiarin terus. Yang bakar siapa aja? Warga atau saya. Kalau enggak dibakarin, pas hujan itu belatungnya banyak banget," ucap salah satu warga bernama Kasan (55) saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Rabu (17/12/2025).
Selain untuk mengurangi volume, pembakaran sampah dilakukan agar tumpukan sampah di rel tidak mengeluarkan bau menyengat.
Warga keluhkan asap pembakaran
Membakar sampah menjadi satu-satunya cara andalan warga untuk mengurangi tumpukan sampah di sepanjang rel kereta api Tanjung Priok.
Namun, meski sudah dibakar, tumpukan sampah di tengah rel masih mencapai sekitar satu meter karena tidak pernah diangkut.
"Enggak ada diangkut, terus menumpuk akhirnya dibakarin sama warga," ucap warga lain bernama Supriyatna (64).
Ia mengaku sebenarnya sangat terganggu dengan asap pembakaran sampah karena jarak rumahnya yang sangat dekat dengan rel kereta api.
Setiap kali asap masuk ke dalam rumah, dadanya terasa sesak. Meski demikian, ia mengaku tidak bisa memprotes.
Baca juga: Jejak Sejarah Hotel Des Galeries Jakarta yang Belum Masuk Cagar Budaya
"Tapi karena enggak ada pilihan lagi selain dibakar. Terus mau diangkut (sampahnya) aksesnya juga susah," tutur dia.
Akses menuju rel kereta api begitu sempit karena berada di tengah permukiman padat penduduk. Kondisi ini menyulitkan truk dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta untuk mengangkut sampah.
googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-for-outstream'); });
.ads-partner-wrap > div { background: transparent; } #div-gpt-ad-Zone_OSM { position: sticky; position: -webkit-sticky; width:100%; height:100%; display:-webkit-box; display:-ms-flexbox; display:flex; -webkit-box-align:center; -ms-flex-align:center; align-items:center; -webkit-box-pack:center; -ms-flex-pack:center; justify-content:center; top: 100px; }
LazyLoadSlot("div-gpt-ad-Zone_OSM", "/31800665/KOMPAS.COM/news", [[300,250], [1,1], [384, 100]], "zone_osm", "zone_osm"); /** Init div-gpt-ad-Zone_OSM **/
function LazyLoadSlot(divGptSlot, adUnitName, sizeSlot, posName, posName_kg){
var observerAds = new IntersectionObserver(function(entires){
entires.forEach(function(entry) {
if(entry.intersectionRatio > 0){
showAds(entry.target)
}
});
}, {
threshold: 0
});
observerAds.observe(document.getElementById('wrap_lazy_'+divGptSlot));
function showAds(element){
console.log('show_ads lazy : '+divGptSlot);
observerAds.unobserve(element);
observerAds.disconnect();
googletag.cmd.push(function() {
var slotOsm = googletag.defineSlot(adUnitName, sizeSlot, divGptSlot)
.setTargeting('Pos',[posName])
.setTargeting('kg_pos',[posName_kg])
.addService(googletag.pubads());
googletag.display(divGptSlot);
googletag.pubads().refresh([slotOsm]);
});
}
}
Akibatnya, sampah di rel kereta api dibiarkan menumpuk selama puluhan tahun, seiring dengan jumlahnya yang terus bertambah.