Bisnis.com, KARAWANG — Indonesia Investment Authority (INA) bersama SK Plasma, perusahaan asal Korea Selatan, menghadirkan fasilitas fraksionasi plasma darah perdana di Tanah Air.
Pabrik yang memiliki kapasitas produksi 600.000 liter per tahun plasma ini akan mengubah wajah Indonesia, dari sebelumnya importir menjadi produsen produk obat derivat plasma (plasma derived medicinal poducts/PODP), seperti imunoglobulin, albumin, dan factor VIII.
Wakil Presiden INA Andre J. Cahyadi mengatakan, sektor kesehatan menjadi salah satu prioritas utama dalam strategi investasinya. Fokus tersebut diarahkan untuk memperkuat ketahanan kesehatan nasional sekaligus mendorong pengembangan industri kesehatan dalam negeri yang berkelanjutan.
Menurutnya, proyek-proyek kesehatan memiliki nilai penting karena berkaitan langsung dengan keselamatan dan kualitas hidup masyarakat.
“Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor prioritas dalam fokus investasi kami. Misi kami adalah berinvestasi pada sektor-sektor yang penting bagi generasi masa depan,” ujar Andre dalam agenda site visit Pabrik Fraksionasi SK Plasma Core Indonesia di Karawang, Kamis (18/12/2025).
INA menilai proyek kesehatan yang tengah dikembangkan sangat menarik karena mampu menghadirkan investasi langsung ke Indonesia sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. Apalagi selama ini sebagian besar kebutuhan produk medis nasional masih dipenuhi dari luar negeri.
Baca Juga
- RI Bakal Punya Pabrik Fraksionasi Plasma Terbesar di Asean, Begini Progresnya
- SWF INA Terima Pembiayaan Rp10 Triliun dari EDC Kanada
- SWF INA: Tol Bakauheni-Terbanggi Besar Sumbang Penerimaan Pajak Rp41,5 Triliun
“Ke depan, kami ingin proyek ini berhasil sehingga memungkinkan produksi dilakukan secara lokal. Setelah kebutuhan domestik terpenuhi, kami juga berharap Indonesia dapat mengekspor produk tersebut ke negara lain,” ujarnya.
Penguatan industri kesehatan domestik menjadi pelajaran penting dari pengalaman pandemi. Pada masa krisis tersebut, Indonesia menghadapi keterbatasan pasokan obat dan produk medis akibat terganggunya rantai pasok global.
Untuk mewujudkan agenda tersebut, INA mengedepankan kolaborasi dengan mitra global yang memiliki keahlian dan rekam jejak kuat. Dalam proyek ini, INA menggandeng SK yang telah memiliki pengalaman puluhan tahun serta fasilitas serupa di negara asalnya.
Selain memperkuat ketahanan kesehatan, Andre menilai investasi di sektor ini juga memberikan dampak ekonomi dan sosial yang luas. Proyek tersebut dinilai mampu menciptakan lapangan kerja, mendorong alih teknologi, serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia nasional.
Dengan strategi investasi yang terarah, INA optimistis Indonesia dapat membangun basis industri kesehatan yang kompetitif. Langkah ini diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga membuka peluang ekspor dan menempatkan Indonesia sebagai pemain penting dalam industri kesehatan global.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT SK Plasma Core Indonesia Ted Roh mengatakan, rencana ekspor menjadi potensi di masa mendatang. Untuk saat ini, pihaknya akan fokus pada pengembangan manufaktur lokal.
“Jadi tujuan proyek ini adalah untuk menutupi pasar Indonesia, untuk membantu industri kesehatan Indonesia, tetapi jika kita memiliki surplus, kami akan mengekspor produk itu ke negara lain,” ujarnya.
Pihaknya menargetkan operasional produksi akan mulai pada akhir 2026. Namun, progres pembangunan saat ini telah mencapai 98% dan menyisakan tahap finalisasi, termasuk instalasi mesin-mesin.
Meskipun fasilitas ini menargetkan operasi komersial penuh pada akhir 2026, Indonesia telah mengaktifkan program toll manufacturing paralel dengan fasilitas SK Plasma di Andong, Korea Selatan.
Pada Maret 2025, RSUP Dr. Sardjito dan Palang Merah Indonesia (PMI) berhasil mengirimkan batch pertama plasma yang dikumpulkan dari donor Indonesia ke fasilitas SK Plasma di Korea untuk diproses menjadi PODP.
Setelah melalui proses fraksionasi dan penjaminan mutu berstandar internasional di Korea Selatan, plasma tersebut diolah menjadi dua terapi esensial, yaitu SK Albumin dan SK GammaBio, yang secara resmi diluncurkan oleh PT SKPlasma Core Indonesia pada 8 Desember 2025.
“Jadi sejujurnya, setelah kami meluncurkan produk, saya sudah mendapat kontak dari beberapa negara. Saya bisa mengatakan lebih dari lima negara. Mereka ingin mengekspor produk dari SK Plasma Core Indonesia,” jelasnya.
Namun, Ted menegaskan bahwa prioritas awal SK Plasma dan INA yaitu memenuhi kebutuhan domestik untuk menggantikan produk yang selama ini 100% diimpor.

/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F12%2F18%2F0c36998408d353fcebb1c06d13ffa373-Screenshot_2025_12_18_164733.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5367861/original/020806600_1759317902-20251001-Budi_Prasetyo-HEL_5.jpg)

