FAJAR.CO.ID, ACEH — Saat warga Aceh Tamiang bingung minta bantuan ke mana pasca bencana banjir bandang dan tanah longsor, bantuan datang dari tim relawan UMI Makassar.
Diketahui sebelumnya, Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan, Timothy Ivan Triyono, mengaku masih terdapat sejumlah wilayah yang belum sepenuhnya dapat diakses aparat, salah satunya Aceh Tamiang.
Terbang ribuan kilometer dari Kkota Makassar, tim relawan UMI menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan kesehatan pada warga terdampak bencana.
Berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang, Tim Relawan UMI melakukan pemeriksaan kesehatan terpadu di Posko Sementara Puskesmas Kajuruan Muda.
Koordinator Tim Relawan Bantuan Medis UMI Makassar, Dokter Berry, mengatakan bahwa ini dilakukan atas koordinasi, arahan, dan permintaan langsung Dinas Kesehatan Aceh Tamiang.
“Jadi ini sebagai bagian dari upaya penguatan struktur layanan kesehatan pemerintah daerah di masa darurat,” ujar Berry, Kamis (18/12/2025).
Dikatakan Berry, sinergi ini menegaskan bahwa kehadiran UMI bukan untuk menggantikan peran negara, melainkan memperkuat sistem pemerintahan dan layanan publik agar tetap berjalan dan dipercaya masyarakat.
Pemeriksaan kesehatan yang diberikan meliputi pengecekan tekanan darah, pemeriksaan kondisi umum, konsultasi medis, serta edukasi kesehatan terkait pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan pascabencana.
“Layanan ini menyasar warga penyintas yang masih menghadapi keterbatasan akses layanan kesehatan,” sebutnya.
Lanjut Berry, kegiatan ini juga melibatkan dua perawat asal Jepang yang tergabung dalam organisasi AMDA (Association of Medical Doctors of Asia).
“Kolaborasi dengan relawan internasional menjadi simbol solidaritas kemanusiaan lintas negara, sekaligus memperkuat diplomasi kemanusiaan Indonesia melalui kerja nyata di lapangan,” imbuhnya.
Diungkapkan Berry, kehadiran tim merupakan wujud nyata Pengabdian kepada Masyarakat berbasis Kampus Berdampak sebagaimana diarahkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdikti Saintek).
“Tenaga kesehatan di daerah ini adalah garda terdepan. Ketika mereka diperkuat, maka masyarakatlah yang akan merasakan dampaknya,” Berry menuturkan.
“Inilah esensi Kampus Berdampak, kampus hadir untuk memperkuat sistem, bukan berjalan sendiri,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia membeberkan bahwa kehadiran UMI yang berasal dari Makassar, dengan jarak sekitar 2.500 kilometer, merupakan komitmen moral kampus untuk terus bersama masyarakat sejak hari-hari awal pascabencana.
“Jarak tidak menjadi alasan bagi kami untuk absen. Kampus harus hadir ketika negara dan masyarakat membutuhkan,” tandasnya.
Salah seorang warga Kajuruan Muda, Fatimah (41), mengungkapkan rasa haru atas layanan kesehatan yang diberikan.
“Kami merasa lebih tenang. Pemerintah hadir, kampus hadir, tenaga medis juga hadir. Ini membuat kami yakin bahwa kami tidak ditinggalkan,” ucap Fatimah.
Apresiasi juga disampaikan oleh pihak Dinas Kesehatan Aceh Tamiang, yang menilai kolaborasi ini sangat membantu operasional posko kesehatan.
“Kehadiran Tim Relawan UMI bersama mitra internasional sangat membantu kami dalam memperkuat layanan kesehatan di lapangan,” kata perwakilan Dinkes Aceh Tamiang.
“Sinergi seperti ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap layanan pemerintah,” sambung dia.
Sebelumnya, Juru Bicara Posko Tanggap Darurat, Murthalamuddin, menyebut situasi di beberapa daerah, khususnya wilayah Aceh bagian tengah, kian memprihatinkan akibat terputusnya akses distribusi logistik.
“Tolong selamatkan masyarakat Aceh. Jangan sampai muncul bencana baru, yakni bencana kelaparan,” ujar Murthala dikutip pada Kamis (18/12/2025).
Dikatakan Murthala, banyak warga saat ini berada dalam kondisi terisolasi. Kebutuhan pokok sulit didapat, dan jika tersedia pun harganya melambung tinggi.
“Mereka ingin membeli kebutuhan, tapi barangnya tidak ada. Kalaupun ada, harganya sangat mahal,” ia menuturkan.
“Mereka adalah warga negara Indonesia yang juga berhak mendapat perhatian pemerintah,” tegasnya.
Murthala menekankan, birokrasi tidak boleh menjadi penghambat dalam penyaluran bantuan kemanusiaan.
Pemerintah pusat diminta segera bertindak agar kondisi masyarakat tidak semakin memburuk.
“Bayangkan para lansia, anak-anak kecil, ibu menyusui. Mereka sangat membutuhkan pertolongan segera,” katanya.
Ia menegaskan, satu-satunya cara paling efektif untuk menjangkau daerah yang akses daratnya benar-benar terputus adalah melalui penyaluran bantuan lewat udara menggunakan helikopter.
“Kami tidak punya helikopter. Pemerintah Pusat memiliki seluruh fasilitas itu. Mohon segera dikerahkan, apalagi Presiden sudah memerintahkan jajarannya untuk memaksimalkan bantuan bagi Aceh,” ucap Murthala.
Murthala mengingatkan bahwa keselamatan rakyat harus menjadi prioritas utama dalam penanganan bencana.
“Jika keselamatan rakyat saja belum bisa kita pastikan, percuma kita mengaku sebagai bangsa yang besar,” tandasnya. (Muhsin/fajar)




