Pengungsi di Pidie Jaya Menanti Huntara di Tengah Kondisi yang Mulai Mengkhawatirkan

metrotvnews.com
18 jam lalu
Cover Berita

Sudah lebih dari tiga pekan berlalu sejak banjir bandang dahsyat melanda Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada 26 November lalu. Namun, duka dan kesulitan masih menyelimuti puluhan ribu warga yang hingga kini masih bertahan di tenda-tenda pengungsian, karena kehilangan tempat tinggal dan akses hidup layak.

Berdasarkan data terbaru dari Dinas Sosial Kabupaten Pidie Jaya, bencana ini memakan korban jiwa sebanyak 29 orang meninggal dunia, sementara dua orang lainnya masih dinyatakan hilang. Secara keseluruhan, sekitar 86.000 jiwa di delapan kecamatan terpaksa mengungsi akibat rumah mereka hancur atau tertimbun lumpur di sepanjang bantaran Sungai Meureudu.

Kondisi di tempat pengungsian, salah satunya di Gedung Serbaguna Tgk Chik Pante Geulima, mulai mengkhawatirkan. Lebih dari 150 kepala keluarga harus berbagi ruang, dengan fasilitas yang sangat minim. Kebutuhan air bersih menjadi masalah paling mendesak yang dihadapi para pengungsi saat ini.

Selain masalah sanitasi, warga juga mulai mencemaskan hilangnya privasi dan kenyamanan untuk beribadah. Apalagi, waktu menjelang bulan suci Ramadhan sudah semakin dekat.

"Kami butuh tempat yang nyaman untuk beribadah. Ada privasi. Tidak mungkin kami terus-menerus di sini, apalagi sebentar lagi mau masuk bulan puasa," ujar Rahmi, salah satu warga pengungsi dengan nada cemas.
  Baca juga: Memprihatinkan, Bupati Aceh Timur Ungkap Harus Terobos Medan Ekstrem Menuju Simpang Jernih
Hingga saat ini, rutinitas warga terdampak terbagi dua. Pada pagi hari, mereka kembali ke rumah yang rusak untuk berjibaku membersihkan sisa-sisa lumpur dan mencari harta benda yang masih bisa diselamatkan. Namun, saat siang dan malam menjelang, mereka harus kembali ke pengungsian karena kondisi rumah yang belum aman untuk ditempati.

Arus deras banjir bandang tidak hanya menyapu harta benda, tetapi juga menyisakan trauma mendalam. Tim pendampingan psikososial kini mulai dikerahkan oleh pemerintah untuk memberikan bantuan bagi anak-anak dan kelompok rentan.

Meski upaya pemulihan infrastruktur dan akses jalan terus dilakukan, warga merasa satu hal yang paling mereka butuhkan saat ini adalah kepastian. Mereka berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan hunian sementara (Huntara) agar bisa menjalani hidup dengan lebih manusiawi.

Ketidakpastian mengenai kapan mereka bisa kembali menjalani hidup normal menjadi beban mental tambahan bagi warga Pidie Jaya yang kini hanya bisa menggantungkan harapan pada percepatan penanganan dari pemerintah daerah maupun pusat.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Saham Perbankan Tertinggal di Tengah Penurunan Suku Bunga, Peluang Reversal Menguat
• 16 jam lalubisnis.com
thumb
Sampah Over Kapasitas Tutup Jalan, Bupati Sintang Tinjau TPS Pasar Sungai Durian
• 23 jam lalukumparan.com
thumb
Trump: Ketua The Fed Baru Akan Dukung Pemangkasan Suku Bunga Besar-Besaran
• 13 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Video: Kelas Menengah Mulai Belanja, Transaksi Offline Naik
• 18 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Nikita Mirzani Ajukan Kasasi Usai Divonis 6 Tahun, Pihak Reza Gladys Singgung Bahaya: Ketok Aja 10 Tahun
• 3 jam lalugrid.id
Berhasil disimpan.