PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) resmi memisahkan atau spin off bisnis dan aset wholesale fiber connectivity (Tahap-I) ke PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) atau Infranexia.
Direktur Strategic Business Development & Portfolio Telkom Seno Soemadji menyebut, nilai aset InfraNexia pada tahap pertama spin-off mencapai Rp 35 triliun. Sedangkan total nilai aset InfraNexia setelah proses spin off rampung diproyeksi mencapai Rp 90 triliun.
Dalam rencana tersebut, Telkom akan mengalihkan hampir seluruh bisnis dan aset Fiber Connectivity sebanyak 99,99% ke InfraNexia. Pada tahap awal, pengalihan kepemilikan baru direalisasikan sebesar 50%.
“Ini merupakan tindakan yang menjanjikan untuk masa depan Telkom Group dan approval itu menunjukkan kepercayaan yang sangat tinggi pada corporate action kami. Pemisahan aset ini juga sebagai bagian bagaimana kami memenuhi tujuan pemerintah untuk digitalisasi,” ujar Seno di Gedung Telkom Hub, Jakarta, Kamis (18/12).
Pemisahan sebagian bisnis dan aset Wholesale Fiber Connectivity ke dalam entitas baru merupakan bagian dari strategi transformasi TLKM 30 yang dijalankan Telkom. Langkah ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam mempercepat pembangunan ekosistem konektivitas digital yang inklusif dan merata di Indonesia.
InfraNexia diproyeksikan menjadi sumber pertumbuhan baru yang akan mendukung peningkatan kinerja Telkom melalui optimalisasi aset infrastruktur serta penguatan kualitas layanan infrastruktur digital.
Melalui aksi spin-off tersebut, InfraNexia akan fokus mengembangkan bisnis fiber, mendorong efisiensi operasional dan belanja investasi, serta membuka ruang bagi skema network sharing dan kemitraan strategis untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan.
Pada tahap pertama spin-off, InfraNexia akan menguasai lebih dari 50% total infrastruktur jaringan fiber Telkom, termasuk segmen access, aggregation, backbone, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Direktur Utama Telkom Dian Siswarini mengatakan, penandatanganan aset pemisahan yang mengalihkan bisnis fiber ke InfraNexia menjadi titik awal pembentukan dan pengelolaan fiber co di Indonesia. Ia berharap tahap kedua pemisahan aset dapat dilaksanakan pada 2026, sedangkan langkah aksi korporasi lanjutan untuk membuka nilai (unlock value) dari fiber co ditargetkan terealisasi pada 2026.
Dalam perjalanannya, menurut Dian, pengelolaan fiber co akan menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah menjaga prinsip netralitas layanan kepada seluruh pelanggan atau klien fiber co.
Di sisi lain, Telkom juga terus memberikan layanan baik kepada pelanggan terbesarnya, yakni Telkomsel. Telkomsel saat ini memiliki keistimewaan sebagai pelanggan utama sebab saat ini sekitar 90% bisnis fiber co masih berasal dari Telkomsel.
“Diharapkan kedepannya komposisi tersebut bisa berubah sehingga bisnis dari luar telkomsel, dari luar telkom group bisa berkembang dengan lebih signifikan kedepannya,” kata Dian.


