Bisnis.com, JAKARTA — Emiten jasa pelayaran PT Cakra Buana Resources Energi Tbk. (CBRE) tengah ancang-ancang penambahan modal melalui rights issue. CBRE pun menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 30% seiring aksi korporasi tersebut.
Direktur Utama Cakra Buana Resources Energi Suminto Husin Giman menjelaskan bahwa perseroan telah mendapatkan persetujuan rights issue dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis (18/12/2025). Setelahnya, perseroan akan menjalankan proses rights issue sesuai ketentuan.
CBRE berencana menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 48 miliar saham.
Rights issue dilakukan guna memperkuat struktur permodalan, mengundang investor baru, serta memperbaiki posisi keuangan perusahaan. Dana hasil rights issue, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan untuk membayar sebagian utang kepada pihak ketiga, kebutuhan modal kerja, dan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk penambahan armada kapal.
Seiring dengan aksi korporasinya itu, CBRE pun optimistis mampu mencatatkan kinerja positif baik dari sisi keuangan dan operasional.
"Perseroan punya target peningkatan revenue 30% YoY [secara tahunan/year on year] pada 2026 seiring juga dengan adanya kontrak baru. Dari sana diharapkan fundamental perusahaan semakin kuat," kata Suminto dalam public expose pada Kamis (18/12/2025).
Baca Juga
- Saham-saham CBRE, IRSX, hingga INET Melambung Ribuan Persen jelang Rights Issue
- Lonjakan Saham CBRE, IRSX hingga INET di Tengah Pesta Rights Issue
- Andry Hakim Tambah Muatan, Saham Cakra Buana (CBRE) Auto Tancap Gas
Perseroan memang telah memperoleh kontrak kerja sama jangka panjang atas kegiatan penyewaan satu unit kapal lepas pantai (offshore) dengan PT Gunanusa Utama Fabricators.
CBRE pun berupaya meningkatkan pendapatan secara signifikan dengan kontribusi tambahan dari long-term charter pipe laying dan lifting vessel. Kemudian, perseroan meningkatkan gross margin melalui efisiensi fuel consumption, manajemen kru, dan rute.
Lalu, CBRE menekan beban operasional (operational expenditure/opex) sebesar 10–15% dengan struktur biaya lebih efisien. Selain itu, optimalisasi arus kas dengan penerapan disiplin arus kas dan penguatan pengelolaan piutang.
Untuk 2026, perseroan menilai terdapat tantangan yang akan dihadapi seiring juga dengan transformasi ke sektor offshore.
"Salah satu challenge yang paling besar itu ada di pengalaman dan modal. Maka, manuver yang kami lakukan ini diharapkan bisa memberikan dampak yang besar terhadap perseroan," kata Suminto.
Berdasarkan laporan keuangannya, CBRE sendiri telah mencatatkan pendapatan sebesar Rp28,54 miliar per kuartal III/2025. Sementara, perseroan masih membukukan rugi bersih sebesar Rp32,83 miliar pada periode yang berakhir 30 September 2025.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.





