VIVA – Nasi sisa adalah hal yang sangat umum di banyak dapur rumah tangga. Nasi sisa juga sering kali dipanaskan kembali keesokan harinya tanpa banyak dipikirkan terlebih penampilan nasi yang masih terlihat normal dan kebanyakan orang menganggap nasi tersebut aman untuk dimakan.
Padahal, nasi bisa dengan cepat menjadi tempat berkembangnya bakteri berbahaya jika tidak disimpan atau dipanaskan ulang dengan cara yang tepat.Dokter spesialis gizi, Dr. Amy Shah memperingatkan bahwa satu kesalahan sepele saat memanaskan nasi bisa meningkatkan risiko keracunan makanan dan infeksi saluran cerna.
“Jangan lakukan kesalahan ini, karena bisa membuatmu sakit dan dalam kasus yang parah bahkan berujung dirawat di rumah sakit,” ujar Dr. Amy dikutip dari laman Hindustan Times, Jumat 19 Desember 2025.
Ia lalu meluruskan satu mitos penting. Dia menyebut menyimpan nasi di kulkas sebenarnya justru baik untukmu. Setelah nasi matang, dinginkan dengan cepat lalu simpan di kulkas semalaman.
“Saat dimakan keesokan harinya, sebagian pati akan berubah menjadi resistant starch yang baik untuk usus, membantu mengontrol gula darah, dan mendukung mikrobioma yang lebih sehat,” kata dia.
Namun, Dr. Shah menegaskan bahwa bahaya sebenarnya bukan pada proses pendinginan di kulkas, melainkan pada apa yang terjadi sebelumnya.
“Kesalahan terbesar adalah membiarkan nasi matang tergeletak di meja dapur seharian. Saya tahu banyak orang melakukannya dan merasa tidak apa-apa, tapi satu kali keracunan makanan akibat bakteri Bacillus cereus saja sudah cukup membuatmu kapok,” katanya.
Ia menambahkan bahwa risiko ini sudah lama dikenal dalam dunia medis.
“Ini termasuk salah satu materi paling dasar tentang keamanan pangan yang diuji saat saya kuliah kedokteran. Dan peringatan ini sangat nyata, terutama untuk mahasiswa atau siapa pun yang sering membiarkan makanan berada di suhu ruang terlalu lama,” kata dia.
Menurut Dr. Shah, nasi yang dibiarkan pada suhu ruang menciptakan kondisi ideal bagi bakteri berbahaya untuk berkembang.
“Jika terkontaminasi, nasi tersebut bisa menyebabkan keracunan makanan yang parah dan, meski jarang, bahkan berujung pada rawat inap,” jelasnya.



