Pengasuhan anak oleh orangtua menjadi bagian penting dalam tumbuh kembang anak yang berkualitas. Ketika anak-anak sejak dini mendapatkan pengasuhan yang penuh kasih sayang dan stimulasi yang tepat, generasi penerus bangsa ini akan tumbuh menjadi sosok anak yang sehat, cerdas, dan bahagia.
Salah satu langkah konkret pengasuhan dan kasih sayang orangtua ialah menemani anak saat mengambil rapor di sekolah. Bahkan, saat ini berbagai lembaga termasuk pemerintah daerah mengeluarkan surat edaran untuk mendukung para ayah mengambil rapor anaknya ke sekolah.
“Kepada seluruh komponen masyarakat, aparatur pemerintah, karyawan swasta di wilayah Kota Depok yang memiliki anak usia sekolah dihimbau ayah untuk mengambil rapor anak ke sekolah pada waktu penerimaan rapor akhir semester.” Demikian bunyi surat edaran Walikota Depok Supain Suri yang dikeluarkan pada Senin (15/12/2025).
Orangtua merupakan “arsitektur” utama dalam perkembangan anak. Karena itu, dukungan sistem yang menyeluruh dibutuhkan untuk memberdayakan orangtua dan keluarga berkembang optimal sejak dini.
Dalam International Symposium on Early Childhood Education and Development (ECED), Rabu (17/12/20225), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, intervensi pada anak dimulai dengan dukungan pada calon ibu untuk memastikan anak lahir hidup dan sehat. Seorang ibu bisa berperan sebagai “dokter” bagi keluarganya.
“Pemerintah harus bisa menggerakkan dan memfasilitasi agar pengetahuan ibu akan perawatan kesehatan, terutama yang masih punya anak usia dini 0-6 tahun dan akses pada layanan kesehatan yang baik bisa diakses keluarga di manapun,” tutur Budi.
Menurut Budi, ketika Indonesia sedang memasuki bonus demografi, jendela kesempatan yang kian sempit harus dioptimalkan, salah satunya dengan memberdayakan orangtua dan keluarga. Para orangtua harus dapat memastikan setidaknya dalam lima tahun pertama kehidupan anak mengasuh dengan optimal agar anak-anak tumbuh sehat dan cerdas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 10,82 persen penduduk Indonesia merupakan anak usia dini (0-6 tahun). Kondisi ini menunjukkan besarnya tanggung jawab bersama untuk memastikan pemenuhan hak anak secara menyeluruh, mulai dari kesehatan, kecukupan gizi, pendidikan, hingga pengasuhan yang berkualitas sejak usia dini.
Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie mendorong orangtua untuk berbicara dan berinteraksi yang bermakna dengan anak-anak sejak dini. Tidak usah ragu kalau tidak memberi gawai sejak kecil, justru kesempatan ini dapat dipakai secara kreatif membantu anak-anak berpikir.
“Jadi, bicaralah dengan anak Anda. Jangan merasa bersalah jika tidak memberi gadget. Ini bukan berdasarkan perasaan atau pendapat, tapi sains yang mengatakan,” kata Stella.
Stella menambahkan, lingkungan juga memiliki peran besar dalam membentuk kemampuan anak. “Yang pertama, kita harus percaya dan tahu bahwa anak-anak kita mempunyai kemampuan berpikir yang sangat bagus. Yang kedua, bagaimana kita membuka peluang agar anak-anak kita yang memang sudah punya rasa ingin tahu, tetap ingin tahu dan ingin belajar,” tuturnya.
Adapun Country Head Tanoto Foundation Indonesia Inge Sanitasia Kusuma mengungkapkan hampir 43 persen anak di bawah usia 5 tahun berisiko tertinggal akibat kurangnya stimulasi, gizi, dan kesempatan belajar dini. Ia menekankan bahwa investasi pada pengasuhan dan pembelajaran anak usia dini merupakan investasi strategis dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM).
“Hampir 90 persen anak menghabiskan 30 tahun pertama hidup di rumah, seringkali tanpa bimbingan konsisten dalam stimulasi dan perawatan responsif. Berinvestasi sejak dini adalah cara kita mengubah potensi demografis menjadi kemajuan nasional yang nyata,” kata Inge.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menuturkan, penguatan kualitas keluarga dan praktik pengasuhan perlu disinergikan dengan berbagai kebijakan nasional. Salah satu kebijakan dimaksud adalah Kabupaten/Kota Layak Anak. Kebijakan ini berfungsi sebagai kerangka komprehensif untuk memastikan pemenuhan hak anak secara terintegrasi di seluruh wilayah.
Koordinator Nasional PAUD Holistik Integratif Irma Yuliantina mengatakan, pola pengasuhan berperan fundamental dalam menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak sejak dini agar berkembang secara optimal. Karena itu, keluarga merupakan pihak terdekat yang paling kuat memengaruhi proses tumbuh kembang anak melalui interaksi sehari-hari.
Berdasarkan uji coba dalam program PROJECT MORE CARE 4YOUNG CHILDREN di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur dengan 10 titik lokus dan Kota Depok, Jawa Barat dengan 10 titik lokus, interveni peningkatan peran ayah dalam pengasuhan bisa dilakukan. Dalam praktiknya, edukasi dilakukan dengan, antara lain, memakai kartu gaple dan flip book Ayah Pintar Asuh Anak.
Hasilnya, keterlibatan ayah/pengasuh laki-laki meningkat signifikan dalam interaksi dengan anak. Para laki-laki bisa terlibat dalam mendongeng, membacakan buku bergambar, bernyanyi, hingga mengajak anak bermain di luar ruang.
“Peran ayah/suami saat istri hamil lebih peduli dan perhatian, termasuk dalam menemani pemeriksaan rutin ke bidan,” kata Irma.
Namun sayangnya, proporsi ayah/pengasuh laki-laki yang menolak hukuman fisik masih sedikit. Demikian pula, proporsi ayah perokok masih tinggi meskipun menurun.



