Terus Mendunia: Unhas Bentuk Riset Konsorsium Internasional ke-24

harianfajar
2 jam lalu
Cover Berita

FAJAR, MAKASSAR — Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali menegaskan perannya sebagai kampus berdampak melalui penguatan kolaborasi riset internasional yang sejalan dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia, khususnya dalam mendorong hilirisasi riset, keberlanjutan lingkungan, dan penguatan ekonomi berbasis sumber daya strategis.

Komitmen tersebut ditandai dengan penerimaan kunjungan delegasi Arizona State University (ASU) dalam rangka pembahasan potensi kerja sama riset internasional pada bidang ekstraksi mineral, mineral laut dalam (marine minerals), dan keberlanjutan lingkungan. Pertemuan berlangsung pada Jumat (19/12/2025) dan dihadiri oleh perwakilan kedua institusi.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Eng. Ir. Adi Maulana, ST. M.Phil. yang mewakili Rektor Universitas Hasanuddin menyampaikan apresiasi atas kunjungan Arizona State University sebagai bentuk kepercayaan dan pengakuan terhadap kapasitas Unhas dalam pengembangan riset strategis bertaraf global. Arizona State University adalah salah satu universitas publik yang terkenal dengan inovasinya di Amerika Serikat. Kerjasama dengan Arizona State University telah berlangsung sejak tahun 2022 lewat program HEPI yang saat ini telah selesai. Kerjasama kali ini dalam bentuk pembentukan konsorsium riset internasiinal dalam bidang sea bed mining.

Pertemuan untuk pembahasan konsorsium riset ini di lakukan di Ruang Rapat WR4 Unhas Lt 6 Rektorat. Pembahasan diawali dengan presentase pengembangan riset lintas negara terkait mineral strategis seperti tembaga (copper), litium (lithium), dan nikel (nickel), dengan studi kasus di Timika–Papua, Atacama–Chile, Sorowako–Sulawesi, serta Arizona–Amerika Serikat.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah mineral laut dalam (deep sea minerals) yang secara komersial mulai berkembang sejak tahun 1994, namun hingga kini masih menjadi perhatian global karena potensi dampaknya terhadap ekosistem laut dalam. Diskusi juga menyoroti pendekatan life cycle sustainability, keterkaitannya dengan agenda net-zero emission, serta relevansinya dalam pengembangan blue economy.

Pertemuan ini turut membahas sejarah dan potensi riset sedimen laut dalam di Indonesia, termasuk pembelajaran dari Ekspedisi Snellius I tahun 1930 dan temuan deposit mineral laut pada tahun 1984. Selain aspek teknis, perhatian besar juga diberikan pada tantangan kebijakan, regulasi, serta keterbatasan kajian dampak ekologis terhadap biota laut dalam.

Dari perspektif sosial dan kebijakan, kedua pihak menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin yang melibatkan pemetaan sosial, pelibatan masyarakat, serta edukasi publik mengenai manfaat dan risiko aktivitas penambangan laut dalam. Representasi isu kelautan dalam media dan kurikulum pendidikan juga menjadi bagian penting dalam diskusi.

Sebagai tindak lanjut, Universitas Hasanuddin dan Arizona State University bersepakat untuk menyusun proposal kerja sama riset yang mencakup pemetaan dampak positif dan negatif bagi masyarakat, strategi mitigasi risiko, serta perencanaan anggaran. Proposal ini direncanakan dalam skema Invitation Proposal berdurasi dua tahun dengan nilai pendanaan yang telah diproyeksikan.

Prof. Dr. Eng. Adi Maulana, juga menyampaikan bahwa kerja sama ini menjadi bagian dari penguatan konsorsium riset Unhas di tingkat global. Konsorsium penelitian ini melibatkan pakar-pakar dari interdisiplin ilmu di Unhas antara lain dari sosiologi, kebijakan publik, geologi, kelautan, politik, ilmu logistik, informatika dan juga hubungan internasional.
“Kerja sama dengan Arizona State University ini merupakan bagian dari pembentukan Riset Konsorsium ke-24 Universitas Hasanuddin. Konsorsium ini tidak hanya melibatkan perguruan tinggi dalam dan luar negeri, tetapi juga akan menggandeng dunia usaha dan dunia industri (DUDI) di Indonesia, sehingga hasil riset dapat mendorong hilirisasi dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Prof. Adi.

Lebih lanjut, Prof. Adi menegaskan bahwa pembentukan konsorsium ini kembali menunjukkan sepak terjang Universitas Hasanuddin di kancah internasional.
“Unhas terus mengambil peran aktif dalam jejaring riset global. Ini menjadi bukti bahwa Unhas tidak hanya hadir dalam diskursus akademik internasional, tetapi juga berkontribusi langsung pada isu strategis dunia melalui riset yang berkelanjutan dan berdampak,” tambahnya.

Kerja sama ini diharapkan menjadi fondasi penguatan kolaborasi riset internasional berbasis konsorsium yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, perlindungan lingkungan, hilirisasi riset, serta kontribusi nyata bagi kebijakan publik dan pembangunan nasional. (*)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Berangsur Pulih, Sebagian Wilayah Sumatra Menetapkan Status Transisi Darurat
• 5 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Atasi Masalah Sampah di Everest, Nepal Pertimbangkan Pembatasan Jumlah Pendaki
• 4 jam lalukumparan.com
thumb
Aklamasi! Fonda Tangguh Resmi Terpilih jadi Ketua PBVSI Cianjur
• 1 jam lalufajar.co.id
thumb
Harga Terbaru dan Terlengkap Emas UBS dan Galeri 24 di Pegadaian Hari Ini
• 6 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Kapolri: Satu Korporasi Jadi Tersangka Kasus Kayu Gelondongan Aceh-Sumatera!
• 2 menit laluokezone.com
Berhasil disimpan.