Mengapa Cara Prabowo Tangani Bencana Begitu Beda dengan Zaman SBY? Ini Perbandingannya

suara.com
4 jam lalu
Cover Berita
Baca 10 detik
  • Era SBY membangun sistem penanganan bencana institusional melalui UU No. 24 Tahun 2007 dan BNPB pasca-Tsunami Aceh.
  • Presiden Prabowo menunjukkan respons cepat dengan fokus eksekusi logistik taktis di lapangan menggunakan struktur yang ada.
  • Perbedaan kunci terletak pada penetapan status bencana nasional, yang mempengaruhi alokasi anggaran dan dinamika narasi publik.

Suara.com - Kepulan asap dari 28 dapur umum yang memproduksi 100 ribu nasi bungkus setiap hari untuk korban banjir di Sumatra menjadi potret nyata respons cepat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Sebuah aksi logistik masif yang menunjukkan gaya kepemimpinan taktis di tengah bencana.

Namun, kecepatan ini memantik perdebatan yang lebih dalam, yakni bagaimana strategi ini jika dibandingkan dengan fondasi penanganan bencana yang dibangun di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)?

Dua era, dua bencana besar sebagai titik uji, dan dua pendekatan yang secara fundamental berbeda dalam merespons tangis dan duka dari wilayah yang dilanda petaka.

Era SBY: Sang Arsitek yang Lahir dari Tragedi Tsunami

Indonesia sebelum 24 Desember 2004 adalah negara yang gagap menghadapi bencana. Responsnya cenderung sporadis, reaktif, dan bergantung pada belas kasihan.

Tragedi Tsunami Aceh yang merenggut ratusan ribu nyawa menjadi titik balik yang memaksa negara untuk berpikir ulang. Di bawah kepemimpinan SBY, paradigma penanganan bencana dirombak total.

Warisan terbesar SBY bukanlah sekadar bantuan, melainkan sistem. Lahirlah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, sebuah cetak biru yang mengubah bencana dari sekadar musibah menjadi urusan dan tanggung jawab negara.

Dari rahim regulasi inilah lahir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebuah lembaga komando yang hingga kini menjadi tulang punggung koordinasi bencana di Indonesia.

Pendekatan SBY bersifat metodis dan institusional. Ia membangun fondasi, membuat aturan main, dan membuka keran diplomasi bencana yang memungkinkan bantuan internasional masuk secara terstruktur saat Tsunami Aceh ditetapkan sebagai bencana nasional.

Baca Juga: Kayu Gelondongan Sisa Banjir Sumatra Mau Dimanfaatkan Warga, Begini Kata Mensesneg

Era Prabowo: Panglima Eksekusi di Garis Depan

Dua dekade kemudian, sistem yang dibangun SBY diuji oleh zaman. Di bawah komando Presiden Prabowo, respons bencana mengambil wujud yang berbeda, kecepatan eksekusi dan ketahanan logistik di lapangan.

Saat banjir dan longsor menerjang Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, fokus utama Prabowo adalah memastikan kebutuhan dasar korban terpenuhi secepat mungkin.

Perintahnya adalah dapur umum harus berdiri, logistik harus sampai, dan negara harus hadir dalam hitungan jam, bukan hari.

Mobilisasi Taruna Siaga Bencana (Tagana) di bawah Kementerian Sosial, serta pengerahan sumber daya TNI, menunjukkan pendekatan yang lebih mirip operasi militer: terpusat, cepat, dan berorientasi pada hasil di lapangan.

Prabowo tidak berfokus pada pembentukan lembaga baru, melainkan memaksimalkan instrumen yang sudah ada dengan gaya komando yang tegas.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Buntut Kereta Bandara Tabrak Avanza di Kalideres, Terjadi Penumpukan di Stasiun Rawa Buaya
• 8 jam lalusuara.com
thumb
Presiden Prabowo Lantik 6 Dubes LBBP di Istana Negara
• 2 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Arman Wosi Ungkap Alasan Sempat Ajukan Permohonan Cerai Terhadap Della Puspita
• 10 jam lalukumparan.com
thumb
Upaya Mitigasi Bullying di Perguruan Tinggi, UBK Gelar Seminar Kesehatan Mental
• 16 jam lalutvonenews.com
thumb
Allianz Dorong Pemulihan Ekonomi Lewat Layanan Kesehatan Pascabencana
• 22 jam laluwartaekonomi.co.id
Berhasil disimpan.