Kemenko IPK Buka Suara soal Rencana Bangun Jalur Kereta IKN-Malaysia-Brunei

kumparan.com
13 jam lalu
Cover Berita

Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) merespons adanya kajian mengenai pembangunan jalur kereta api yang melintasi IKN, Malaysia, dan Brunei. Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas di Kemenko IPK, Odo R.M Manuhutu, menuturkan saat ini pihaknya masih mempelajari rencana proyek tersebut.

“Nanti kita lihat lebih lanjut. Kita akan lihat tentu saja kan dievaluasi pro and cons-nya, manfaat bagi Indonesia apa, kelebihannya apa,” kata Odo di Kantor Kemenko IPK, Jakarta Pusat pada Jumat (19/12).

Odo menuturkan sampai saat ini, Kemenko IPK juga belum pernah melakukan diskusi dengan pihak Malaysia dan Brunei terkait rencana proyek tersebut.

Rencana proyek itu menjadi kajian yang sedang dilakukan oleh Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Dalam kunjungannya ke Ibu Kota Nusantara (IKN) pada Rabu (10/12) lalu, Menteri Pengangkutan Sarawak, YB Dato Sri Lee Kim Shin, menuturkan pihaknya sedang mengkaji rencana pembangunan jalur kereta api yang melintasi Indonesia, Malaysia dan Brunei.

Sementara itu, Sekretaris Otorita IKN, Bimo Adi Nursanthyasto, menyebut jika nantinya jalur kereta api tiga negara tersebut terwujud maka akan ada dampak positif terhadap pergerakan ekonomi di Asia Tenggara.

Siapkan Bangun Jalur Kereta dalam Negeri

Pemerintah menargetkan pembangunan jaringan rel kereta api nasional sepanjang 12.100 kilometer di lima pulau besar Indonesia pada 2030. Berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional, Jawa-Bali menjadi wilayah dengan kebutuhan jaringan terpanjang yakni 6.800 km, diikuti Sumatera 2.900 km, Kalimantan 1.400 km, serta Sulawesi dan Papua masing-masing 500 km.

Odo menjelaskan pembangunan jalur kereta tersebut harus dilakukan agar rasio densitas atau kepadatan antara jumlah populasi penduduk dengan panjang rel kereta api lebih ditingkatkan. Ia ingin meniru apa yang ada di Jepang dan Korea Selatan (Korsel).

“Paling tidak seperti di Jepang atau Korsel. Kita kalau lihat rasionya masih rendah,” ujar Odo.

Selain perpanjangan jalur kereta, Odo memastikan pembangunan infrastruktur lainnya di kereta api juga akan terus diperhatikan.

"Kemudian kedua adalah revitalisasi jalur-jalur termasuk revitalisasi prasarana. Jadi sebagian besar jembatan kemudian terowongan itu sudah usianya 75 sampai 100 tahun,” tutur Odo.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Komisioner KPU Badung, Bali, Tepergok Buang Banyak Sampah ke Got Saat Banjir
• 14 jam lalukumparan.com
thumb
Dana Desa Terancam Tak Cair, Apdesi Merah Putih Sebut DPMD Tidak Proaktif Sosialisasikan PMK 81
• 11 jam laluharianfajar
thumb
Sempat Jadi Sorotan, Kayu Gelondongan Pascabanjir Sumatera Kini Boleh Dimanfaatkan untuk Rehabilitasi Banjir Sumatera
• 15 jam laludisway.id
thumb
Pemprov DKI Perkuat Perlindungan Lingkungan dan Ketahanan Iklim
• 15 jam lalutvrinews.com
thumb
Mendagri Tito Respons Bendera Putih, Klarifikasi Bantuan Beras dan Atur Pemanfaatan Kayu Banjir
• 17 jam lalukompas.tv
Berhasil disimpan.