Bahlil Bakal Pangkas Volume Seluruh Produksi Minerba di 2026, Apa Alasannya?

katadata.co.id
23 jam lalu
Cover Berita

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berencana memangkas volume produksi seluruh komoditas mineral dan batu bara pada 2026. Hal ini dilakukan untuk mengatur tingkat suplai dan permintaan (demand) minerba, terlebih harga batu bara hari ini anjlok.

Pergerakan harga batu bara acuan (HBA) sepanjang 2025 tergolong fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Hal ini bisa terlihat dari data HBA Januari 2025 sebesar US$ 124,01 per ton namun ditutup dengan HBA periode II Desember 2025 hanya US$ 100,81 per ton.

Menurut Bahlil saat ini jumlah batu bara yang diperjualbelikan di seluruh dunia sekitar 1,3 miliar ton. Dari jumlah tersebut, 500-600 juta ton atau 50% dipasok dari Indonesia.

“(Kalau kondisi begini) bagaimana harganya tidak jatuh? Jadi kami akan atur (jumlah produksinya) agar perusahaan dan negara mendapatkan harga yang baik,” kata Bahlil dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (19/12).

Meski dipangkas, dia tidak menjelaskan lebih lanjut berapa pengurangan untuk setiap komoditas.

Pemerintah akan mengontrol volume produksi minerba melalui persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) yang diajukan masing-masing perusahaan di setiap tahunnya. Dia berpeluang akan meninjau kembali perusahaan minerba yang tidak menaati aturan.

“Supaya semuanya disiplin. Lingkungan harus kita jaga semuanya,” ucapnya.

Selain itu, pengaturan jumlah produksi minerba juga bertujuan untuk membenahi tata kelola batu bara Indonesia. Menurutnya, kegiatan yang dilakukan pemerintah saat ini harus mempertimbangkan keberlanjutan bagi generasi mendatang.

“Kalau memang harganya murah, janganlah ditambang (banyak) dahulu, biarlah (sisa sumber daya dikelola) anak cucu kita,” ujarnya.

Proyeksi Harga Batu Bara 2026

Tren HBA Indonesia sepanjang 2025 tergolong fluktuatif, namun cenderung menurun. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Maharani mengatakan kondisi serupa juga kemungkinan akan terjadi pada 2026. 

“Kami rasa harga batu bara tidak akan bergerak jauh karena belum terlihat adanya faktor pendorong pergerakan batu bara secara signifikan,” kata Gita kepada Katadata, Selasa (16/12).

Gita mengatakan, selain tidak ada faktor pendorong, pergerakan harga batu bara yang stagnan juga disebabkan oleh faktor tantangan industri batu bara yang semakin bertambah.

“Seperti rencana perubahan DHE adanya rencana bea keluar batu bara,” ujarnya. 

Senada dengan Gita, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan Bisman Bakhtiar juga mengatakan bahwa pergerakan harga batu bara akan stagnan tahun depan.

“Bisa bertahan saja sudah cukup bagus. Kecuali ada konflik atau situasi global yang memanas bisa jadi sentimen naiknya permintaan dan harga,” ujar Bisman kepada Katadata.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kesepakatan Besar, Israel Setujui Ekspor Gas Alam ke Mesir Senilai Rp585 Triliun
• 4 jam laludisway.id
thumb
Luruskan Polemik Bantuan Malaysia untuk Bencana Aceh, Mendagri Tito Angkat Bicara
• 18 jam laluokezone.com
thumb
Satu per Satu Akses di Aceh Berangsung Membaik, Jalan Bireuen-Aceh Utara Bisa Dilalui
• 18 jam lalukompas.tv
thumb
Ketua MUI Dorong Ekonomi Hijau dan Perdagangan Karbon untuk Penguatan Ekonomi Umat
• 16 jam lalupantau.com
thumb
Timnas hoki indoor putra raih emas SEA Games
• 12 jam laluantaranews.com
Berhasil disimpan.