TEL AVIV, DISWAY.ID– Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan persetujuan pemerintah atas kesepakatan ekspor gas alam terbesar dalam sejarah Israel dengan Mesir, bernilai sekitar US$35 miliar atau setara dengan Rp585 triliun (dengan kurs sekitar Rp16.700 per dolar AS).
Kesepakatan ini melibatkan pasokan gas dari ladang Leviathan lepas pantai Israel, yang dikelola oleh konsorsium termasuk perusahaan Amerika Chevron, NewMed Energy, dan Ratio Petroleum.
BACA JUGA:Drama Delay Singapore Airlines, 151 Penumpang Terlantar Dua Hari di New York
Gas alam akan diekspor ke Mesir hingga tahun 2040, dengan total volume mencapai sekitar 130 miliar meter kubik (bcm).
Pengumuman disampaikan Netanyahu pada Rabu (17/12/2025) melalui pernyataan video.
Ia menyebut kesepakatan ini sebagai "pencapaian ekonomi dan strategis" yang memperkuat posisi Israel sebagai kekuatan energi regional serta berkontribusi pada stabilitas kawasan.
Kesepakatan ini merupakan perluasan dari perjanjian sebelumnya yang ditandatangani pada 2019.
Tahap pertama akan dimulai pada 2026 dengan pasokan tambahan 20 bcm, diikuti tahap kedua yang lebih besar mencapai 110 bcm setelah ekspansi produksi Leviathan dan pembangunan pipa transmisi baru.
BACA JUGA:Khawatir Ngeri Dampaknya, Islah Bahrawi Minta PBNU Kembalikan Konsesi Tambang
Pemerintah Mesir menegaskan bahwa kesepakatan ini murni bersifat komersial tanpa implikasi politik, meskipun hubungan kedua negara sempat tegang akibat konflik di Jalur Gaza.
Kesepakatan ini diharapkan membantu Mesir mengatasi krisis energi domestik dan memperkuat posisinya sebagai hub perdagangan gas di Mediterania Timur.
Dari sisi Israel, kesepakatan ini diproyeksikan menghasilkan pendapatan negara signifikan melalui royalti dan pajak, serta mendorong investasi lebih lanjut dalam eksplorasi gas alam.




