Mantan Menlu Tan Sri Rais Yatim Sarankan Tito Karnavian Kembali Sekolah, Buntut Anggap Kecil Bantuan Malaysia

fajar.co.id
2 jam lalu
Cover Berita

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian yang terkesan menganggap kecil bantuan Malaysia dibanding bantuan pemerintah Indonesia kepada korban bencana di Aceh dan Sumatera terus menuai kecaman keras.

Kecaman tidak hanya datang dari dalam negeri. Kritikan pedas juga dilontarkan tokoh nasional Malaysia. Mereka menyesalkan sikap Tito Karnavian yang terkesan mengecilkan bantuan asing. Padahal, yang perlu dilakukan pemerintah adalah menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan yang diberikan.

Kritikan salah satunya disampaikan oleh mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Malaysia, Tan Sri Rais Yatim. Dia menyesalkan pernyataan Tito Karnavian yang mengomentari bantuan yang diberikan pemerintah Malaysia.

Tan Sri Rais dengan tegas menyatakan bahwa sumbangan USD60 ribu yang diperuntukkan untuk meringankan beban bagi korban bencana alam. Menurutnya, seberapa besar nilai bantuan seseorag, idealnya disyukuri bukan dipandang remeh.

Sumbangan USD60 ribu bagi meringankan beban diiumumkan sebagai perkara kecil. Ini bukan berbunyi bahasa sebenarnya. Jangankan USD60 ribu, 60 Ringgit pun disumbang seseornag harus berterima kasih,” kata Tan Sri Rais dikutip dari video yang beredar di media sosial.

Karena itu mantan YDP Dewan Negara Malaysia itu menyarankan kepada Tito Karnavian untuk kembali bersekolah dahulu terutama terkait dengan perkataan, bahasa, dan komunikasi yang baik.

Dia lantas mengingatkan sikap mantan Presiden Soeharto yang selalu berterima kasih kepada tetangganya yang memberi bantuan ketika mereka sedang dilanda musibah.

“Semasa Pak Harto dulu, Pak Suharto senantiasi dengan senyum berterima kasih. Ada suatu masa, Negeri Johor menyumbang pada keadaan malapetaka yang terjadi di Jakarta, hanya dengan beberapa bungkus beras, tapi Pak Harto saat itu berterima kasih. Tapi sekarang Menteri Dalam Negeri Indonesia menyatakan ini sekelumit atau terlalu sedikit, bagaimana tidak berterima kasih,” urainya.

Dia lantas menyarankan kepada Tito Karnavian untuk kembali mempelajari petuah yang diajarkan nenek moyang terdahulu, sebelum masing-masing negara merdeka.

“Dan kembali pada pangkal bunyi bahasa kita. Bila orang memberi kita berasa, bilang orang berasa, kita pun bersuka cita. Mungkin nilai ini dapat dikembangkan wahai Pak Menteri Dalam Negeri,” tandasnya.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan tidak pernah berniat mengecilkan bantuan dan dukungan warga maupun pemerintah Malaysia kepada korban bencana di Aceh.

“Pernyataan saya kemarin mungkin disalahpahami. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk mengecilkan bantuan, dukungan dari warga Malaysia kepada Aceh, tidak, sama sekali tidak bermaksud itu,” katanya.

Tito secara terbuka menyampaikan permohonan maaf apabila ucapannya menimbulkan kesan negatif.

“Saya sama sekali tidak bermaksud mengecilkan bantuan dan dukungan dari saudara-saudara kita di Malaysia. Kalau ada yang salah paham, saya minta maaf,” ujar Tito.

Ia menegaskan hubungan personal dan profesionalnya dengan Malaysia telah terjalin sangat panjang dan erat, sejak kerja sama pascabom Bali, saat dirinya masih aktif di kepolisian, Densus 88, hingga menjabat Kapolri dan kini Mendagri.

Hubungan baik itu, kata Tito, juga terjalin dengan Menteri Dalam Negeri Malaysia Saifuddin Nasution, Menteri Luar Negeri, hingga Perdana Menteri Malaysia.

Menurut Tito, penekanan utama dari pernyataannya bukan soal membandingkan atau mengurangi arti bantuan luar negeri, melainkan meminta agar kerja besar Pemerintah Indonesia, baik pusat maupun daerah, juga mendapatkan penghargaan yang setara, meski banyak dilakukan tanpa sorotan kamera.

Ia mengungkapkan sejak hari-hari awal terjadinya bencana, pemerintah bergerak cepat.

Tito juga turun langsung ke Aceh pada 29 November 2025, menyusuri Banda Aceh, Pidie, Pidie Jaya hingga Lhokseumawe untuk menyalurkan bantuan dan mengoordinasikan langkah lintas sektor bersama TNI, Polri, BNPB, Basarnas, serta pemerintah daerah.

“Banyak sekali yang sudah dikerjakan sejak hari pertama, hanya memang tidak semuanya terekam media,” ujarnya.

Tito juga memaparkan bagaimana pemerintah pusat mengerahkan logistik dalam jumlah besar, termasuk ratusan ton beras dari Bulog, mobilisasi helikopter, kapal, dan pesawat atas arahan Presiden, hingga dukungan anggaran cepat bagi daerah yang kekurangan dana operasional.

Ia mengapresiasi bantuan dari luar negeri, termasuk dari Malaysia yang memiliki ikatan serumpun dan diaspora Aceh yang kuat, tetap sangat tinggi.

Namun, ia mengingatkan agar kerja keras aparat negara, relawan, dan donatur dalam negeri juga tidak terpinggirkan oleh pemberitaan yang timpang.

“Yang saya maksud, tolong juga dihargai upaya pemerintah pusat, pemerintah daerah, relawan, dan donatur dalam negeri yang bekerja luar biasa, meski sering tidak terekspos,” katanya.

Di akhir pernyataannya, Tito kembali menegaskan komitmennya menjaga hubungan baik Indonesia-Malaysia. “Penekanan saya itu cuma satu sebetulnya, tolong, yang di dalam negeri juga dihargai, kira-kira gitu,” katanya.

Dalam sebuah unggahan media sosial, Tito menyatakan bahwa nilai bantuan kemanusiaan dari Malaysia untuk Aceh berkisar Rp1 miliar.

“Nilainya nggak sampai Rp1 miliar, kalau sampai Rp1 miliar kita cukup punya anggaran jauh dari itu, mungkin anggarannya tidak seberapa dibandingkan kemampuan kita lebih dari itu,” katanya. (fajar)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Geger! Temuan Jenazah Mahasiswi di Parit, Diduga Dibunuh Polisi | KOMPAS MALAM
• 19 jam lalukompas.tv
thumb
Tekuk Yordania, Maroko Sabet Gelar Juara Piala Arab FIFA 2025**
• 13 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Gempa Hari Ini Guncang Buru Maluku, Terasa hingga Ambon
• 9 jam lalurctiplus.com
thumb
Dua bahan pokok alami kenaikan harga, TPID Jayapura siapkan intervensi
• 5 jam laluantaranews.com
thumb
Sosialisasi MBG di Tomohon Tekankan Peran Aktif Masyarakat
• 7 jam lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.