Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Ali Murtopo Simbolon, menegaskan Indonesia harus segera mengadaptasi konsep lean and agile, khususnya dalam implementasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AO).
Hal tersebut disampaikan Ali saat mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada Opening Ceremony The 20th MarkPlus Conference 2026 yang diselenggarakan di The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, Kamis (11/12/2025).
Baca Juga: Ekonomi Digital Jadi Mesin Ketiga Pertumbuhan Ekonomi RI
Konferensi yang telah menjadi barometer pemasaran di Asia Tenggara ini mengangkat tema Lean & Agile: AI & China in Focus yang mencerminkan tuntutan transformasi cepat di tengah perubahan ekonomi global.
“Pola kerja lama yang birokratis, lambat, dan kaku harus ditinggalkan. Konsep lean and agile menjadi sangat krusial untuk segera diadaptasi, terutama melalui implementasi kecerdasan buatan (AI). Teknologi AI memungkinkan proses bisnis berjalan secara real time, lebih terukur, serta responsif terhadap perubahan pasar dan kebutuhan Masyarakat,” ujarnya, dikutip dari siaran pers Kemenko Perekonomian, Jumat (19/12).
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah menegaskan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, penguatan sektor digital merupakan salah satu pendorong utama.
Transformasi digital yang didukung pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), serta pengembangan ekosistem e-commerce dan industri teknologi dipandang mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas nasional, membuka peluang penciptaan lapangan kerja berkualitas, serta mempercepat pembentukan nilai tambah di berbagai sektor ekonomi.
Pandangan tersebut sejalan dengan urgensi penerapan pola kerja lean dan agile sebagai fondasi transformasi ekonomi nasional yang adaptif dan berdaya saing.
Pada tingkat global, Tiongkok menjadi salah satu contoh utama keberhasilan pemanfaatan AI sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi baru. Dalam satu dekade terakhir, negara tersebut secara konsisten membangun ekosistem AI yang terintegrasi, mulai dari riset, pengembangan industri, hingga penerapan di layanan publik dan bisnis.
Saat ini, sekitar 69,7% dari world’s granted AI patents tercatat berasal dari Tiongkok, menunjukkan besarnya investasi negara tersebut terhadap inovasi dan riset terapan. Keberhasilan ini menjadi referensi penting bagi Indonesia dalam memperkuat ekosistem inovasi nasional.
Dalam konteks hubungan ekonomi bilateral, pemerintah menegaskan bahwa kemitraan dagang merupakan instrumen strategis untuk membuka pasar yang lebih luas.
Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dengan total perdagangan yang secara konsisten melampaui USD 100 miliar dalam empat tahun terakhir.
Sepanjang 2020–2024 ekspor Indonesia ke Tiongkok meningkat hampir dua kali lipat dari USD 31,78 miliar menjadi USD 62,44 miliar, sementara nilai impor bertumbuh dari USD 39,63 miliar menjadi USD 72,73 miliar.
Di dalam negeri, pemerintah terus memperkuat hilirisasi sumber daya mineral. Pengolahan nikel, tembaga, dan pemanfaatan pasir silika menjadi panel surya dan semikonduktor kini menjadi fokus utama untuk mendorong peningkatan nilai tambah industri serta penguatan rantai pasok teknologi dan energi terbarukan.
Langkah ini juga diperkuat melalui implementasi skema Two Countries Twin Parks (TCTP) bersama Tiongkok yang mendorong integrasi industri lintas negara. Pada November 2025, implementasi TCTP semakin menguat melalui penandatanganan 16 Memorandum of Understanding (MoU) dengan nilai investasi mencapai Rp36,4 triliun atau 24,3% dari total komitmen investasi USD 10 miliar.
Pemerintah juga menegaskan pentingnya kesiapan nasional dalam menghadapi era AI. Indonesia telah memiliki Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) 2020–2045 yang mencakup tujuh fokus strategi, mulai dari kebijakan, etika, infrastruktur data, riset dan inovasi, pengembangan talenta, hingga pembiayaan dan use case AI. Peta jalan ini menjadi fondasi untuk mendorong produktivitas industri sekaligus memperkuat daya saing nasional.
Dalam upaya memperluas akses pasar internasional, pemerintah juga terus menyelesaikan berbagai perjanjian dagang strategis antara lain ICA-CEPA dengan Kanada, penyelesaian substansial IEU-CEPA, upaya aksesi CP-TPP, partisipasi dalam BRICS+, serta proses menuju aksesi OECD. Seluruh langkah ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia di kancah ekonomi global agar semakin kompetitif dan berbasis teknologi.
MarkPlus Conference 2026 menjadi momentum strategis untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas industri dalam membangun ekosistem pemasaran dan bisnis yang lebih inovatif, adaptif, dan berdaya saing tinggi.



