Gorontalo, ERANASIONAL.COM — Di balik piring makanan bergizi yang tersaji setiap hari dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG), terdapat proses panjang yang jarang terlihat publik.
Di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Hutuo, Kabupaten Gorontalo, standar gizi tidak berhenti pada dokumen kebijakan, melainkan diterjemahkan hingga ke detail dapur, mulai dari desain bangunan, alur kerja, hingga sistem sanitasi.
SPPG Hutuo dibangun sebagai fasilitas baru dengan perencanaan sejak awal yang mengacu pada petunjuk teknis Badan Gizi Nasional (BGN).
Tata ruang dapur disusun berlapis dan terarah, memastikan alur kerja tidak saling bertabrakan. Proses penerimaan bahan, pengolahan, hingga penyajian ditempatkan dalam jalur yang jelas, sehingga keamanan pangan dapat terjaga sejak tahap awal.
Sirkulasi udara menjadi perhatian penting. Ruang pengolahan dirancang dengan plafon tinggi untuk membantu pengendalian suhu dan menjaga kenyamanan kerja. Seluruh peralatan utama menggunakan material stainless steel, mudah dibersihkan dan memenuhi standar higienitas.
Di sisi lain, sistem sanitasi diperkuat dengan drainase yang dilengkapi grease trap, serta penggunaan air olahan melalui filter Reverse Osmosis (RO) untuk menjamin kebersihan di setiap proses.
Pendekatan teknis ini menjadikan dapur SPPG Hutuo bukan sekadar ruang produksi, melainkan bagian dari sistem layanan gizi yang terukur. Setiap detail dirancang untuk memastikan makanan yang dihasilkan aman, layak konsumsi, dan memenuhi standar gizi harian.
Staf Ahli Menteri Komdigi Bidang Komunikasi dan Media Massa, Molly Prabawaty, menilai praktik di lapangan seperti yang diterapkan di SPPG Hutuo penting untuk memperlihatkan bagaimana kebijakan diterjemahkan secara nyata.
“Ketika standar dijalankan hingga ke detail teknis di lapangan, publik bisa melihat bahwa kebijakan gizi tidak berhenti pada regulasi, tetapi hadir dalam praktik sehari-hari yang berdampak langsung,” ujar Molly.
Sementara itu, Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, menegaskan bahwa standar teknis dirancang untuk memastikan kualitas layanan gizi berjalan konsisten di seluruh wilayah.
“BGN menetapkan standar bukan hanya sebagai pedoman administratif, tetapi sebagai alat untuk memastikan setiap proses pengolahan pangan berlangsung aman dan higienis,” ujar Hida di Gorontalo, Jumat (19/12).
Hida menambahkan, penerapan standar yang konsisten di lapangan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan publik terhadap Program MBG.
“Ketika standar diterapkan secara nyata di dapur-dapur SPPG, manfaat program dapat dirasakan secara berkelanjutan dan merata, terutama bagi anak-anak sebagai penerima utama,” tegas Hida.
Di Hutuo, standar gizi menjelma menjadi ruang, jalur, dan peralatan yang bekerja setiap hari. Dari dapur inilah, kebijakan nasional bertemu dengan praktik lapangan membuktikan bahwa kualitas gizi dibangun dari detail yang sering luput dari perhatian, namun menentukan hasil di meja makan.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5315873/original/003304800_1755174702-20250814-Budi_Prasetyo-HEL_1.jpg)

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5430002/original/070777600_1764649359-3.jpg)