Dalam beberapa tahun terakhir, praktik pengasuhan anak semakin dipengaruhi oleh standar visual dan citra ideal yang dibentuk media sosial. Salah satu fenomena yang menonjol adalah tren “Sad Beige Mom”, istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola parenting yang serba netral, rapi, dan terkendali, dengan dominasi warna-warna beige, minim stimulasi visual, serta aktivitas anak yang sangat diarahkan. Meskipun sering dipresentasikan sebagai bentuk pengasuhan yang tenang dan elegan, tren ini patut dikritisi karena berpotensi bertentangan dengan prinsip dasar perkembangan anak.
Dari sudut pandang psikologi perkembangan, anak usia dini belajar melalui stimulasi sensorik yang kaya dan beragam. Jean Piaget menegaskan bahwa perkembangan kognitif anak terjadi melalui interaksi aktif dengan lingkungan, termasuk eksplorasi warna, bentuk, tekstur, dan pengalaman bermain bebas. Lingkungan yang terlalu diseragamkan demi estetika justru membatasi kesempatan anak untuk membangun skema berpikir yang fleksibel. Dengan kata lain, dunia anak yang terlalu “rapi” berisiko menjadi dunia yang miskin pengalaman belajar.
Dalam praktiknya, tren Sad Beige Mom sering tampak pada pembatasan jenis mainan, warna pakaian, hingga aktivitas bermain anak agar selaras dengan citra tertentu. Anak didorong untuk bermain dengan mainan kayu berwarna netral, ruang bermain disterilkan dari warna kontras, dan ekspresi anak kerap diarahkan agar tetap “tenang” dan “tertib”. Padahal, bagi anak, bermain yang sehat sering kali bersifat berisik, berantakan, dan penuh warna. Kekacauan tersebut bukanlah kegagalan pengasuhan, melainkan bagian alami dari proses belajar dan pembentukan kreativitas.
Aspek ini menjadi semakin signifikan ketika dilihat dari perkembangan emosional anak. Dalam pandangan Erik Erikson, anak memerlukan rasa aman sebagai dasar untuk berani mengambil inisiatif dan mengekspresikan dirinya. Ketika pola pengasuhan terlalu menitikberatkan pada kontrol dan keteraturan visual, ruang bagi proses tersebut berisiko menyempit. Anak mungkin tampak tumbuh sebagai pribadi yang tenang dan patuh, namun kondisi tersebut dapat disertai keterbatasan pengalaman dalam mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara sehat dan adaptif.
Pengasuhan anak seharusnya berpusat pada kebutuhan perkembangan anak, bukan pada kepuasan estetika atau validasi sosial orang tua. Anak membutuhkan lingkungan yang seimbang. Ada struktur tetapi juga kebebasan, ada batasan tetapi juga ruang eksplorasi, ada keteraturan namun tetap memberi tempat bagi spontanitas.
Sebagai alternatif, orang tua perlu membangun kesadaran kritis dalam menyikapi tren parenting. Orang tua dapat menciptakan lingkungan yang aman dan terstruktur tanpa menyingkirkan warna, suara, dan aktivitas eksploratif. Memberi anak pilihan mainan yang beragam, membiarkan anak berekspresi secara alami, serta menerima bahwa kekacauan adalah bagian dari proses tumbuh kembang merupakan bentuk pengasuhan yang lebih berpihak pada anak. Yang terpenting, orang tua perlu membebaskan diri dari tekanan untuk tampil “ideal” dan mulai memaknai pengasuhan sebagai relasi yang hidup, dinamis, dan manusiawi.
Pada akhirnya, dunia anak bukanlah ruang pamer estetika, melainkan ruang belajar kehidupan. Ketika pengasuhan lebih sibuk menjaga tampilan daripada memahami kebutuhan perkembangan, maka yang dikorbankan bukan hanya warna-warna cerah, tetapi juga hak anak untuk tumbuh secara utuh. Menolak tren Sad Beige Mom berarti mengembalikan pengasuhan pada esensinya: mendampingi anak menjadi dirinya sendiri, bukan menjadikannya bagian dari citra orang tua.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5096999/original/081776100_1737035053-WhatsApp_Image_2025-01-16_at_20.38.05_5455d1e5.jpg)


