Jakarta, VIVA – Stunting masih menjadi tantangan serius dalam pembangunan kesehatan Indonesia. Kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis ini tidak hanya berdampak pada tinggi badan anak, tetapi juga memengaruhi perkembangan kognitif, daya tahan tubuh, hingga produktivitas di masa depan. Karena itu, penanganan stunting membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, berkelanjutan, dan melibatkan berbagai pihak.
Pemerintah melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) mendorong strategi percepatan penurunan stunting yang tidak hanya berfokus pada intervensi gizi, tetapi juga pada edukasi keluarga, perbaikan sanitasi, akses air bersih, serta perubahan perilaku hidup sehat. Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), yang diluncurkan pada Desember 2024 sebagai bagian dari lima Quick Wins Kemendukbangga. Scroll untuk info lengkapnya yuk!
Memasuki tahun pertama implementasi, Program GENTING telah menjangkau seluruh Indonesia dengan membentuk 38 Tim Pengendali GENTING tingkat provinsi dan 512 Tim Pengendali GENTING tingkat kabupaten/kota. Sepanjang 2025, program ini mencatat capaian 157,39 persen dari target satu juta penerima manfaat. Lebih dari 1,3 juta masyarakat telah menerima dukungan yang mencakup intervensi gizi, sanitasi, air bersih, hunian layak, serta edukasi keluarga berisiko stunting.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Republik Indonesia, Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd., menegaskan bahwa stunting merupakan persoalan multidimensi yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja.
“Percepatan penurunan stunting tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Upaya ini membutuhkan sinergi seluruh unsur pentahelix yang turun langsung mendampingi keluarga berisiko stunting,” tutur Wihaji dalam keterangannya, dikutip Jumat 19 Desember 2025.
Menurutnya, kolaborasi lintas sektor menjadi elemen penting untuk memastikan intervensi gizi dapat berjalan seiring dengan edukasi dan pendampingan keluarga. Pendekatan ini dinilai krusial untuk mencapai target prevalensi stunting nasional sebesar 14,2 persen pada 2029.
Salah satu bentuk intervensi yang dinilai efektif adalah pendampingan gizi terstruktur dalam jangka waktu tertentu. Intervensi tersebut tidak hanya memberikan asupan tambahan bagi anak berisiko stunting, tetapi juga membekali orang tua dengan pemahaman mengenai pola makan seimbang, keamanan pangan, jajanan sehat, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Peran kader posyandu dan komunitas lokal menjadi garda terdepan dalam memastikan pesan-pesan gizi dapat diterapkan secara konsisten di rumah tangga.





