Hampir satu bulan sejak banjir bandang melanda wilayah Aceh, ribuan warga di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah masih harus berjuang di tengah keterbatasan. Medan yang terjal dan hancurnya infrastruktur memaksa warga berjalan kaki jauh demi bertahan hidup. Tempuh Jalan Kaki 15 Km Demi Beli Kebutuhan Pokok Di Bener Meriah, warga Desa Tembolon harus berjalan kaki hingga belasan kilometer melintasi jalanan berlumpur hanya untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan bensin. Stok di desa mereka terputus total karena akses jalan yang belum pulih.
"Kami jalan jauh untuk beli beras dan minyak. Di sana (desa) sudah tidak ada lagi, jalanan putus," ujar Delisa, warga Kecamatan Syiah Utama.
Data terkini menunjukkan skala kerusakan infrastruktur yang masif di Bener Meriah. Tercatat sebanyak 165 jembatan rusak, bahkan banyak yang putus total diterjang banjir bandang. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya merupakan jembatan pada ruas jalan nasional yang menjadi urat nadi distribusi.
Selain jembatan, sedikitnya 81 ruas jalan rusak berat, termasuk 12 titik jalan nasional. Kondisi ini membuat banyak desa terisolasi dan hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau kendaraan khusus.
Baca juga: Mualem Serukan Semua Masjid di Aceh Gelar Salat Gaib Istri Gubernur dan Wagub Aceh Tembus Desa Terisolasi Kondisi serupa terjadi di Aceh Tamiang. Sulitnya akses membuat bantuan sulit masuk. Istri Gubernur Aceh, Marlina Muzakir, bersama istri Wakil Gubernur, Mukarramah Fadhlullah, harus menyeberangi sungai dan menyusuri permukiman untuk mencapai Desa Sekumur dan desa lainnya yang masih terisolasi.
Marlina menjelaskan bahwa bantuan yang disalurkan merupakan donasi dari berbagai pihak, termasuk yayasan dari dalam negeri hingga donatur dari Malaysia.
"Kami sedih melihatnya. Sampai hari ke-20 pasca-bencana, kondisi desa yang terisolir ini belum banyak perubahan. Kami ingin Aceh cepat bangkit dan membaik lagi," ungkap Marlina saat menyalurkan bantuan pakaian dan logistik. Menjelang Ramadan, Warga Butuh Sarana Ibadah dan Air Bersih Di lokasi pengungsian, warga mulai mengkhawatirkan kesiapan menyambut bulan suci Ramadan yang sudah di depan mata. Kebutuhan mendesak yang disuarakan warga meliputi sarana ibadah, Al-Qur'an, hingga perbaikan toilet dan akses air bersih.
Saat ini, warga terpaksa menggunakan air sumur yang kondisinya sangat meragukan untuk kebutuhan sehari-hari. "Bersih atau tidak, sehat atau tidak, itulah yang kami gunakan," keluh Sekretaris Desa Sekumur Aceh, M Saiful Juari.
Selain itu, anak-anak korban bencana juga membutuhkan perlengkapan sekolah. Banyak dari mereka yang kehilangan sepatu, baju sekolah, hingga baju sehari-hari yang layak pakai. Doa-doa pun terus dipanjatkan oleh warga agar para dermawan dan pemerintah segera memulihkan kondisi wilayah mereka sehingga mereka bisa hidup selayaknya manusia kembali.

