Usulan Budaya Tempe ke UNESCO di Tengah Gempuran Impor Kedelai

kompas.id
11 jam lalu
Cover Berita

Pemerintah Indonesia mengusulkan budaya tempe sebagai warisan budaya tak benda dunia ke UNESCO. Lebih dari sekadar pangan, tempe mengekspresikan kearifan lokal Nusantara yang mencerminkan nilai-nilai tradisi. Namun, Indonesia justru menghadapi gempuran impor kedelai, bahan utama pembuatan tempe.

Pengakuan budaya tempe sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) dunia memang patut dibanggakan. Tempe berakar kuat dalam kebudayaan masyarakat Jawa sejak sekitar abad ke-16. Catatan tentang tempe bahkan tercantum dalam naskah sastra klasik Jawa, yaitu Serat Centhini. Tempe disebutkan sebagai makanan sehari-hari masyarakat.

Pembuatan tempe melalui proses fermentasi memuat pengetahuan lokal yang diwariskan lintas generasi. Prosesnya mencerminkan nilai gotong royong karena melibatkan banyak orang. Dimensi ekologisnya mewujud melalui pemakaian bahan ramah lingkungan untuk membungkusnya, seperti daun pisang dan jati.

Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Endah TD Retnoastuti mengatakan, pengajuan tempe menjadi WBTB dunia sudah dimulai dari tahun lalu. Pengajuan ini melalui mekanisme single nomination (nominasi tunggal).

”Semoga dalam sidang ICH (Intangible Cultural Heritage) UNESCO tahun depan (tempe) bisa diterima menjadi WBTB dunia ke-17 dari Indonesia,” ujarnya dalam seminar ”Tempe: Dari Kearifan Lokal Menjadi Sajian Global” di Jakarta, Jumat (19/12/2025).

Seminar itu dibuka oleh Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha. Saat ini terdapat 16 WBTB asal Indonesia yang diinskripsi dalam daftar UNESCO. Beberapa di antaranya adalah wayang, keris, batik, angklung, tari Saman, dan pantun. Terakhir kali Indonesia menambahkan tiga WBTB pada tahun lalu, yaitu reog, kebaya, dan kolintang.

Baca JugaTanggung Jawab Lebih Besar Melestarikan Reog, Kebaya, dan Kolintang

Endah berharap, dengan ditetapkan sebagai WBTB dunia, budaya tempe meluas ke berbagai negara. Dengan begitu, berdampak terhadap ekonomi budaya sehingga meningkatkan kesejahteraan para perajin tempe, petani, pelaku industri, dan unsur masyarakat lainnya.

Yang tidak kalah penting adalah melestarikan pengetahuan lokal pembuatan tempe. Saat ini, tempe tak lagi hanya menjadi makanan sehari-hari masyarakat di Jawa, tetapi hampir di seluruh Indonesia.

”Budaya tempe bukan hanya sebagai sajian, melainkan merupakan pengetahuan lokal yang diharapkan menjadi pengetahuan global. Tempe tidak cuma bisa dibuat dari kedelai, tapi juga dari kacang-kacangan lainnya,” jelasnya.

Akan tetapi, pemanfaatan dan pengembangan tempe menghadapi berbagai tantangan. Saat ini, bahan baku tempe di Tanah Air didominasi oleh kedelai. Ironisnya, lebih dari 80 persen pasokan kedelai justru diimpor dari berbagai negara.

Kita ingin mengangkat tempe sebagai medium diplomasi budaya yang mampu menyampaikan identitas Indonesia ke panggung global.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor kedelai Indonesia pada 2024 mencapai 2,67 juta ton. Jumlah itu meningkat dibandingkan setahun sebelumnya dengan 2,27 juta ton. Sebagian besar kedelai diimpor dari Amerika Serikat, sebanyak 2,37 juta ton, dan Kanada sekitar 261.000 ton.

Endah menambahkan, jika ditetapkan menjadi WBTB dunia, pemanfaatan budaya tempe perlu terus diperkuat. Selain dalam aspek kebudayaan, juga sektor pertanian dalam menyediakan bahan baku dan perdagangan untuk mendongkrak ekonomi budaya.

”Oleh sebab itu, berbagai inovasi harus dilakukan. Pembuatan tempe dapat menggunakan berbagai jenis kacang-kacangan selain kedelai. Hal ini perlu inovasi untuk mendukung ketahanan pangan,” katanya.

Direktur Promosi Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Undri menyebutkan, komunitas berperan sentral dalam mendorong tempe menjadi WBTB dunia. Peran komunitas tidak berhenti untuk mendapatkan pengakuan dari UNESCO, tetapi juga dalam memanfaatkan dan mengembangkan budaya tempe dalam berbagai aspek.

”Kita ingin mengangkat tempe sebagai medium diplomasi budaya yang mampu menyampaikan identitas Indonesia ke panggung global. Untuk menuju itu, tidak hanya sektor kebudayaan, tetapi juga pertanian, perdagangan, kesehatan, dan lainnya,” ujarnya.

Tren pangan sehat

Menurut pakar teknologi pangan yang juga mantan Duta Besar Indonesia untuk UNESCO, M Aman Wirakartakusumah, peluang tempe untuk diinskripsi menjadi WBTB dunia cukup terbuka. Apalagi, tempe merupakan pangan sehat yang kaya protein nabati berkualitas. Hal ini sejalan dengan tren global saat ini untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat.

Baca JugaTempe yang Diusulkan Menjadi Warisan Budaya Dunia UNESCO

Terkait dengan tingginya impor kedelai sebagai bahan utama pembuatan tempe, menurut Aman, hal itu dapat diganti dengan menggunakan jenis kacang-kacangan lainnya. ”Kita tidak ingin terjebak dengan pertanyaan itu. Tempe tidak hanya bisa dibuat menggunakan bahan kedelai,” ucapnya.

Guru besar bidang pangan, gizi, dan kesehatan IPB University, Made Astawan, menyebutkan, salah satu peluang tempe untuk dimanfaatkan lebih luas adalah membaiknya citra tempe sebagai makanan sehat. Protein kedelai memiliki fungsi fisiologis untuk menurunkan kolesterol, mencegah penyakit jantung, dan menurunkan lemak tubuh.

Sementara kandungan peptida bioaktif tempe bermanfaat sebagai antioksidan, fagositosis, dan menurunkan tekanan darah. ”Saat ini, tempe telah diakui sebagai salah satu superfood (makanan sehat kaya nutrisi) dunia,” katanya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Jawa Timur Raih 2 Penghargaan Kemendikdasmen Bidang Digitalisasi
• 6 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Kuliah Bukan Jalan Pasti: Ketika Gelar Tak Lagi Menjamin Masa Depan
• 16 jam lalukumparan.com
thumb
Pengendali Alihkan 50,57 Persen Saham, Struktur Kepemilikan MDIY Berubah
• 6 jam laluidxchannel.com
thumb
Pemerintah Kucurkan Rp1 Miliar untuk Peraih Emas SEA Games 2025
• 39 menit lalumedcom.id
thumb
KSOP pastikan kapal Situbondo-Lombok siap layani angkutan Nataru 2026
• 5 jam laluantaranews.com
Berhasil disimpan.