FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Direktur Jaringan Moderat Islam, Islah Bahrawi mengungkapkan penyebab konflik di Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU). Dia mengaku sangat paham persoalannya.
Itu diungkapkan dalam siniar yang tayang di YouTube Akbar Faizal Uncensored. Mulanya, Islah menegaskan dirinya bukan pengurus NU, tapi merupakan warga NU secara kultural
Wala demikian, dia mengklaim sangat paham maasalah di PBNU. Bahkan sangat paham.
“Saya menganggap, bukan sedikit paham. Tapi paham sekali,” kata Islah dikutip Sabtu (20/12/2025).
Dia memastikan, konflik di tubuh PBNU karena persoalan tambang. Mengingat PBNU menerima Izin Usaha Penambangan (IUP) sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas) keagamaan.
“Saya pastikan memang persoalan di PBNU itu karena persoalan tambang,” ujarnya.
Karena keyakinan itu, bahkan dia menantang pihak yang tak sepakat dengan pernyataannya untuk berdebat. Sekalipun itu kiyai.
“Kalau ada gus atau kiyai yang menolak bahwa ini bukan karena tambang, ayo debat sama sama saya. Silahkan debat. Mau kiai, mau kitai, mau pakai sorban, saya hadapi,” tegasnya.
Dia menilai ada kiyai di PBNU yang hanya mencari uang. Islah menyebutnya sebagai penumpang gelap NU.
“Kiyai yang hanya doyan uang yang hanya mencari cuan di dalam tubuh PBNU itu saya sudah anggap bukan kiyai lagi. Saya anggap dia penumpang gelap NU,” terangnya.
Soal tambang tersebu, dia mengaku telah membaca proposal bisnis pertambangan PBNU. Menurutnya, itu tak menguntungkan NU.
“Banyak sekali beberapa klausul, yang tidak menguntungkan NU sama sekali. Seperti beban biaya deposit kepada kementerian ESDM yang harus ditanggung NU, kemudian sarana prasana yang harus ditanggung NU. Akses jalan terhadap lokasi tambang segala macam, harus dibangun,” paparnya.
“Bahkan sampai kerusakan alat berat sekalipun itu harus ditanggung NU,” tambahnya.
Padahal, kata dia, hal demikian mestinya ditanggung perusahaan pengelola.
“Klausul itu justru memberatkan NU. Saya enggak mau NU ini hanya menjadi platform, menjadi sapi perah. Karena bagaimanapun NU ini adalah bukan lembaga yang harus mencari keuntungan memang. Tapi saya paham NU itu tidak punya uang,” jelasnya.
Di sisi laim, NU sendiri punya cita-cita mendirikan universitas, rumah sakit, fasilitas pendidikan, dan banyak hal lainnya.
“Saya tidak paham kenapa proposal bisnisnya sezalim itu,” pungkasnya.
(Arya/Fajar)




