Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Jepang (BoJ) resmi menaikkan suku bunga kebijakan utamanya ke level tertinggi dalam hampir 30 tahun, pada Jumat (19/12/2025).
BoJ menaikkan suku bunga jangka pendeknya atau yang disebut sebagai uncollateralized overnight call rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,75%. Sekaligus menjadi level tertinggi sejak September 1995.
Kenaikan ini telah lama sudah diprediksi oleh pasar. Meski akan meningkatkan biaya kredit mulai dari kredit perumahan hingga pinjaman korporasi, langkah ini juga berpotensi meningkatkan imbal hasil simpanan dan aset berbasis yen.
//FMG_Tag - IMPULSE var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=impl'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - VIBE var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=vibe'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - RC var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=rc'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - expandedFloor var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=sf'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter);Yang lebih penting, keputusan ini menandai perubahan arah besar kebijakan moneter Jepang setelah puluhan tahun bergulat dengan deflasi dan suku bunga yang ultra rendah.
Gubernur BoJ Kazuo Ueda menegaskan bahwa keyakinan bank sentral terhadap stabilitas ekonomi domestik semakin menguat.
"Sangat mungkin bahwa upah dan harga akan terus meningkat secara moderat," ujar Ueda, seraya menambahkan bahwa risiko terhadap perekonomian memang telah menurun, meski kewaspadaan tetap diperlukan.
//
Selama lebih dari tiga dekade sejak pecahnya bubble ekonomi pada awal 1990-an, Jepang mulai mempertahankan suku bunga sangat rendah untuk mendorong konsumsi dan investasi, sekaligus membantu mengelola utang pemerintah yang nilainya hampir tiga kali lipat dari ukuran ekonomi Jepang.
Namun, strategi tersebut tidak sepenuhnya berhasil mengangkat ekonomi dari stagnasi.
Penuaan populasi dan menyusutnya jumlah penduduk membuat permintaan domestik melemah, yang memicu deflasi berkepanjangan. Bahkan ketika kredit dibuat sangat murah, investasi swasta tetap tertahan dan pertumbuhan ekonomi berjalan lambat.
Kondisi ini mendorong BoJ meluncurkan kebijakan moneter ultra-longgar, termasuk program stimulus besar-besaran yang dikenal sebagai "big bazooka" pada 2013, hingga penerapan suku bunga negatif ketika pandemi Covid-19 melanda pada 2020 silam.
Titik balik baru muncul dalam dua tahun terakhir. Ketika inflasi Jepang konsisten berada di atas target BoJ sekitar 2%, dengan inflasi mencapai 3% pada November 2025 (di luar komponen pangan segar yang volatil).
Yang lebih krusial, inflasi kali ini tidak semata didorong oleh faktor eksternal, melainkan mulai ditopang oleh kenaikan upah dan perubahan perilaku perusahaan Jepang dalam menetapkan harga.
BoJ menilai tekanan harga kini lebih berkelanjutan, sementara sentimen bisnis membaik meski ekonomi Jepang sempat terkontraksi 2,3% secara tahunan pada kuartal terakhir.
Kombinasi antara tekanan harga, perbaikan sentimen usaha, dan meredanya ketidakpastian global termasuk tercapainya kesepakatan tarif AS Jepang turut memberi ruang bagi BoJ untuk mengubah arah kebijakan.
Meski demikian, BoJ menegaskan bahwa kebijakan moneter Jepang masih tergolong akomodatif. Dengan inflasi sekitar 3%, suku bunga riil Jepang tetap berada di wilayah negatif, sehingga ruang pengetatan masih terbatas dan akan dilakukan secara bertahap.
Dampaknya ke Global: Carry Trade Yen Mulai DiujiPerubahan kebijakan BoJ tidak hanya berdampak domestik, tetapi juga dapat mengguncang pasar keuangan global melalui mekanisme carry trade berbasis yen.
Selama bertahun-tahun, yen menjadi mata uang pendanaan paling favorit oleh investor global karena suku bunganya yang sangat rendah. Investor meminjam yen murah untuk diinvestasikan ke aset berimbal hasil tinggi di luar Jepang.
Namun, kenaikan suku bunga hingga 0,75% mulai mengikis daya tarik strategi tersebut.
Biaya pendanaan yen meningkat, sementara selisih suku bunga dengan negara lain menyempit. Akibatnya, sebagian investor berpotensi mengurangi posisi carry trade dengan menutup pendanaan berbasis yen, dan mengalihkan dana kembali ke aset Jepang yang kini menawarkan imbal hasil lebih menarik.
Perubahan ini berpotensi memicu penyesuaian arus modal global, terutama di pasar negara berkembang yang selama ini diuntungkan oleh likuiditas murah dari Jepang. Tekanan bisa muncul dalam bentuk volatilitas nilai tukar, koreksi pasar obligasi, hingga penurunan harga aset berisiko.
Bahkan pasar kripto bisa ikut merasakan dampaknya. Ekspektasi kenaikan suku bunga Jepang sebelumnya sempat menekan harga bitcoin, yang menunjukkan bagaimana perubahan kecil suku bunga Jepang dapat berdampak besar pada aset global yang selama ini diuntungkan oleh era likuiditas longgar.
Dengan demikian, keputusan BoJ menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 30 tahun bukan sekadar respons terhadap inflasi domestik. Ini adalah sinyal berakhirnya era kebijakan moneter ultra-longgar Jepang. Sebuah perubahan mendalam yang mampu mengubah arah arus modal dan strategi investasi global dalam beberapa tahun ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(evw/luc)


