EtIndonesia. Bukan karena suatu hal itu sulit kita tidak berani melakukannya, melainkan karena kita tidak berani melangkah, maka hal itu menjadi sulit.
Pada tahun 1965, seorang mahasiswa asal Korea Selatan pergi ke Universitas Cambridge untuk mengambil jurusan psikologi. Saat menikmati teh sore, dia sering mengunjungi kafe dan ruang minum teh di kampus, sekadar mendengarkan percakapan para tokoh sukses.
Orang-orang yang dia dengarkan bukan sembarang tokoh—di antaranya terdapat peraih Hadiah Nobel, pakar terkemuka di berbagai bidang, serta orang-orang yang berhasil menciptakan keajaiban ekonomi. Mereka berbicara dengan santai, penuh humor, dan memandang keberhasilan mereka sebagai sesuatu yang alami, seolah terjadi begitu saja.
Seiring waktu, mahasiswa itu mulai menyadari sesuatu yang mengejutkan. Dia merasa bahwa, ketika masih di negaranya, dia telah “ditakuti” oleh kisah sukses yang dilebih-lebihkan. Banyak orang sukses sengaja membesar-besarkan penderitaan dan kesulitan yang mereka alami saat merintis usaha, seakan-akan keberhasilan hanya bisa dicapai lewat penderitaan ekstrem. Tujuannya, tanpa disadari, justru membuat mereka yang baru ingin memulai menjadi ciut nyali.
Sebagai mahasiswa psikologi, dia merasa perlu meneliti pola pikir para tokoh sukses Korea.
Pada tahun 1970, dia mengajukan skripsinya yang berjudul “Kesuksesan Tidak Sesulit yang Kamu Bayangkan” kepada Profesor Will Braden, pelopor psikologi ekonomi modern. Setelah membaca karya itu, Profesor Braden sangat terkejut dan terkesan. Menurutnya, fenomena ini sebenarnya sangat umum—tidak hanya di Timur, tetapi di seluruh dunia—namun belum pernah ada yang berani mengungkapkannya secara sistematis dan ilmiah.
Dilanda rasa antusias, Profesor Braden menulis surat kepada seorang alumnus Cambridge yang kala itu menduduki posisi tertinggi dalam politik Korea Selatan, yaitu Park Chung-hee.
Dalam suratnya, dia menulis: “Saya tidak berani mengatakan bahwa karya ini akan memberi manfaat langsung bagi Anda. Namun saya berani memastikan, pengaruhnya akan lebih mengguncang dibandingkan kebijakan apa pun yang Anda keluarkan.”
Kelak, buku ini benar-benar terbit dan mengiringi kebangkitan ekonomi Korea Selatan. Karya tersebut menyemangati banyak orang karena menyampaikan sudut pandang baru: keberhasilan tidak selalu harus identik dengan penderitaan ekstrem, seperti menyiksa diri, bekerja tanpa tidur, atau hidup dalam kesengsaraan.
Selama seseorang menyukai bidang yang dia tekuni dan mampu bertahan dalam jangka panjang, dia akan berhasil. Waktu dan kecerdasan yang diberikan Tuhan sudah cukup untuk menuntaskan satu hal dengan baik.
Mahasiswa muda itu sendiri akhirnya meraih kesuksesan. Dia kemudian menjabat sebagai Presiden Direktur Hyundai Motor Group.
Renungan
Banyak hal dalam kehidupan ini sebenarnya bisa dilakukan selama kita mau melangkah. Kesulitan yang ada pun selalu dapat diatasi.
Tak dibutuhkan tekad sekeras baja, tak pula strategi atau siasat yang rumit.
Selama seseorang hidup dengan kesederhanaan dan rasa ketertarikan yang tulus, pada akhirnya ia akan menyadari bahwa segala sesuatu telah diatur secara alami—seperti air yang mengalir ke tempatnya sendiri.(jhn/yn)



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5450778/original/080041100_1766184841-kpk_bekasi.jpg)