Festival Budaya Berkonsep Pasar Malam Gagasan Anak Prabowo Dimulai Hari Ini di TMII

mediaindonesia.com
4 jam lalu
Cover Berita

FESTIVAL budaya dan kuliner dengan konsep pasar malam yang digagas putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo berlangsung mulai hari ini di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Festival bertajuk Jejak Rasa itu akan berlangsung hingga 21 Desember 2025 di Teater Keong Emas.

 

Selain menjadi ruang temu budaya dan kuliner, festival Jejak Rasa juga menjadi momen peluncuran tiga buku yang mengangkat tema gastronomi Nusantara, yakni Telusuri Jalanan Kami Bersama Soto, Telusuri Dapur Kami Bersama Sambal, dan Telusuri Ladang Kami Bersama Nasi. Festival ini turut menghadirkan pemutaran film pendek Jejak Rasa Yogyakarta, garapan sutradara Garin Nugroho, hasil produksi Didit Hediprasetyo Foundation bersama Titimangsa. Film tersebut menyoroti kekayaan tradisi kuliner Yogyakarta sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budayanya.

 

Pendiri Negeri Elok, Didit Hediprasetyo, menjelaskan bahwa festival ini lahir dari keinginan untuk menghidupkan kembali kisah-kisah di balik makanan tradisional Indonesia. "Jejak Rasa adalah cara kami merayakan tradisi kuliner Indonesia yang berakar kuat dan kisah-kisah di baliknya. Melalui festival ini, kami berharap dapat menyatukan masyarakat untuk kembali menemukan cita rasa, tradisi, dan ekspresi budaya yang menjadikan bangsa kita begitu beragam," katanya, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Media Indonesia, Jumat (19/12).

 

Soto, Sambal, dan Nasi

Tiga buku yang diperkenalkan dalam festival ini mengajak pembaca menelusuri kuliner Indonesia melalui tiga elemen utama yang akrab dengan kehidupan masyarakat.

 

Telusuri Jalanan Kami Bersama Soto mengulas keragaman soto dari berbagai daerah, lengkap dengan karakter kuah dan pelengkap khasnya. Sementara, Telusuri Dapur Kami Bersama Sambal menggambarkan kekayaan tradisi sambal sebagai wujud kreativitas dan ekspresi budaya kuliner Nusantara.

 

Adapun Telusuri Ladang Kami Bersama Nasi menempatkan nasi sebagai pusat kehidupan masyarakat Indonesia, menampilkan ragam bentuk konsumsi, tradisi pertanian, hingga peran nasi dalam upacara adat.

 

Ketiga buku tersebut diterbitkan oleh Adhvan Media, penerbit yang dikenal konsisten menghadirkan karya-karya bertema budaya dan gaya hidup dengan pendekatan visual serta narasi yang mendalam. Tidak hanya berisi resep, buku-buku ini juga memuat kisah sejarah, nilai tradisi, dan konteks sosial yang membuat kuliner Indonesia begitu dekat dengan keseharian masyarakatnya.

 

Disusun dalam tiga bahasa—Bahasa Indonesia, Inggris, dan Jepang—trilogi ini merupakan hasil riset komprehensif yang melibatkan para pakar kuliner dan akademisi. Kontribusi pemikiran datang dari William Wongso, diplomat gastronomi Indonesia; Prof. Murdijati Gardjito, ahli teknologi pangan dan gastronomi; serta antropolog sosial Hardian Eko Nurseto. Perspektif naratif juga diperkaya oleh Ade Putri Paramadita sebagai praktisi dan penutur kisah kuliner.

 

Direktur Indofood, Axton Salim, menilai bahwa soto, sambal, dan nasi memiliki makna yang melampaui fungsi makanan. "Soto, sambal, dan nasi bukan hanya makanan sehari-hari; mereka adalah kisah yang menyatukan kita semua. Di Indofood, hidangan-hidangan ini telah menginspirasi banyak produk kami: varian soto Nusantara dari Indomie, berbagai pilihan Sambal Indofood, hingga Bumbu Racik yang menghadirkan cita rasa autentik nasi goreng," katanya.

 

Kuliner dan Jiwa Yogyakarta

Film Jejak Rasa Yogyakarta diputar perdana di Indonesia di Teater Keong Emas, sebuah ikon arsitektur dengan layar raksasa yang menjadi bagian penting dari sejarah TMII. Sebelumnya, film ini telah dipresentasikan di Paviliun Indonesia pada Expo 2025 Osaka.

 

Karya ini menampilkan Yogyakarta sebagai ruang hidup budaya—hangat, dinamis, dan sarat tradisi kuliner—melalui pendekatan visual yang kontemporer tanpa melepaskan akar budayanya.

 

Dibintangi oleh Maudy Ayunda, film ini menghadirkan interpretasi baru lagu legendaris Yogyakarta karya KLa Project yang diaransemen ulang secara orkestra oleh Tohpati. Melalui sentuhan sinematik khas Garin Nugroho, penonton diajak menyelami keindahan kota Yogyakarta sebagai pusat tradisi, kreativitas, dan denyut budaya Indonesia yang terus hidup. (M-1)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kerja Tanpa Pamrih, Risma PDIP Apresiasi Sopir Ambulans-Relawan Lewat Proteksi Kesehatan
• 4 jam laluviva.co.id
thumb
Telkomsel dan Viu Gelar Undian Nasional, Beli Paket Viu Premium Bisa Dapat Mobil
• 23 jam lalukumparan.com
thumb
Respons Dedi Mulyadi usai Bupati Bekasi Kena OTT KPK: Saya Dekat dengan Beliau
• 18 jam lalurctiplus.com
thumb
Hari Raya Keagamaan dan Musim Panen Dorong Optimisme Konsumen di Bali
• 20 jam lalubisnis.com
thumb
Universitas Baiturrahmah Bantu 210 UMKM Terdampak Banjir di Kota Padang
• 19 jam lalumedcom.id
Berhasil disimpan.