TABLOIDBINTANG.COM - Di tengah perkembangan zaman dan pola pikir modern, sebagian masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, masih memegang erat kepercayaan terhadap sengkolo. Istilah ini kerap dikaitkan dengan rangkaian kesialan atau malapetaka yang datang bertubi-tubi dan sulit dijelaskan secara logis. Meski bersifat mitos, sengkolo tetap menjadi bagian dari budaya dan kearifan lokal yang hidup di tengah masyarakat.
Apa Itu Sengkolo?
Dalam budaya Jawa, sengkolo diartikan sebagai kesialan atau musibah yang terjadi secara terus-menerus pada seseorang. Kondisi ini dipercaya muncul akibat perbuatan tertentu, waktu tertentu, atau pelanggaran terhadap pantangan adat. Sengkolo bukan sekadar kejadian buruk biasa, melainkan rangkaian peristiwa yang dianggap saling berkaitan dan berulang.
Kepercayaan tentang sengkolo sering muncul dalam pembahasan seputar malam Satu Suro, weton kelahiran, hingga perilaku yang dinilai melanggar norma adat.
Ciri-Ciri Seseorang Dipercaya Terkena Sengkolo
Masyarakat Jawa memiliki sejumlah tanda yang diyakini sebagai indikasi sengkolo, antara lain:
Sering mengalami kejadian sial berturut-turut
Perasaan tidak tenang tanpa sebab yang jelas
Mudah sakit meski tidak terlihat penyebab medisnya
Mengalami kejadian janggal yang berulang
Meski tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, tanda-tanda ini masih kerap menjadi bahan perbincangan di masyarakat.
Penyebab Sengkolo Menurut Kepercayaan Jawa
Ada beberapa faktor yang diyakini dapat memicu datangnya sengkolo:
1. Weton tertentu
Beberapa weton dianggap lebih rentan terhadap energi negatif, terutama saat waktu-waktu sakral seperti malam Satu Suro.
2. Melanggar pantangan adat
Contohnya tetap bepergian atau melakukan aktivitas tertentu di malam yang dianggap sakral, meski telah ada larangan secara turun-temurun.
3. Energi spiritual yang lemah
Seseorang yang dinilai tidak memiliki keseimbangan batin dipercaya lebih mudah terpengaruh hal-hal negatif.
Cara Menangkal Sengkolo yang Dipercaya Masyarakat
Meski bersifat mitos, banyak orang memilih langkah pencegahan sebagai bentuk kehati-hatian. Berikut beberapa cara yang umum dipercaya:
1. Eling lan waspada
Selalu sadar dan berhati-hati dalam bertindak. Banyak sengkolo dipercaya muncul karena kelalaian dan keputusan yang sembrono.
2. Menjaga laku dan tutur kata
Perkataan, niat, dan perilaku yang buruk diyakini dapat “mengundang” energi negatif.
3. Menghormati waktu dan pantangan adat
Terutama pada waktu sakral seperti malam Satu Suro, masyarakat dianjurkan untuk tidak melanggar norma dan adat setempat.
4. Membersihkan batin
Introspeksi diri, menenangkan pikiran, berdoa, atau melakukan tirakat dipercaya membantu menjaga keseimbangan batin, bukan untuk mencari kekuatan, melainkan untuk ketenangan diri.
5. Berpikir dengan akal sehat
Tidak semua hal perlu ditantang atau diremehkan. Menghormati sesuatu yang tidak sepenuhnya dipahami sering dianggap sebagai bentuk perlindungan diri.
6. Niat baik dan doa
Dalam banyak kepercayaan, niat yang lurus dan doa diyakini sebagai pelindung utama dari sengkolo dan kesialan.
Diangkat ke Film Layar Lebar
MVP Pictures bersama sutradara Deni Saputra merilis film bertajuk “Sengkolo: Peka Satu Suro", sebuah kisah horor yang menggali teror mistis di balik malam 1 Suro serta tragedi kelam yang membayangi sebuah desa pesisir.
Film ini membawa penonton masuk ke dalam atmosfer mencekam Desa Pesisir Sukowati, tempat berbagai peristiwa tak masuk akal mulai mengusik kehidupan warganya. Cerita berpusat pada Rahayu, seorang bidan yang menjalani hidup sederhana bersama suami dan anaknya, sambil menantikan kelahiran anak kedua. Namun ketenangan itu seketika berubah menjadi malapetaka saat sejumlah ibu hamil di desa tersebut mengalami kejadian mengerikan.
