JAKARTA, KOMPAS.com – Setiap pagi, petugas berbaju oranye dari Unit Pengelola Sampah (UPS) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyusuri Kali Cengkareng Drain di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 1, Penjaringan, Jakarta Utara.
Dengan perahu kecil, mereka membersihkan sampah yang mengapung di aliran kali—pekerjaan rutin yang belakangan ini kian berisiko karena keberadaan buaya.
Salah satu petugas, Rudi (56), mengaku telah hampir enam bulan terakhir bekerja di tengah habitat buaya yang kerap menampakkan diri ke permukaan. Kondisi itu membuat pekerjaannya tak hanya mengandalkan tenaga, tetapi juga kewaspadaan tinggi.
Baca juga: Warga Minta Buaya yang Kerap Muncul di Kali PIK Ditangkap dan Dikarantina
Menjalani pekerjaan sebagai petugas kebersihan kali, kata Rudi, tidaklah mudah. Risiko keselamatan selalu mengintai, terlebih sejak kemunculan buaya di Kali Cengkareng Drain semakin sering terlihat.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=buaya kali cengkareng, petugas kebersihan terancam, buaya PIK Jakarta Utara, kondisi kali cengkareng drain&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8yMC8xOTA5MTExMS9raXNhaC1ydWRpLXBldHVnYXMtZGxoLXlhbmctYmVyc2loa2FuLWthbGktcGlrLWRpLXRlbmdhaC1oYWJpdGF0LWJ1YXlh&q=Kisah Rudi, Petugas DLH yang Bersihkan Kali PIK di Tengah Habitat Buaya§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `"Sudah dari enam bulan lalu, dulu masih kecil sekarang kan lama-lama besar," tutur Rudi saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Sabtu (20/19/2025).
Menurut Rudi, buaya yang muncul ke permukaan bukan hanya satu ekor. Ada beberapa dengan ukuran berbeda, meski yang paling sering terlihat adalah buaya kecil dengan panjang sekitar 1,5 meter.
Muncul untuk berjemurRudi menjelaskan, buaya-buaya tersebut umumnya naik ke permukaan untuk berjemur, terutama saat cuaca panas.
"Sering muncul tapi enggak setiap hari, tapi biasanya kalau udara panas mereka berjemur di sekatan sampah berwarna hijau bernama HDPE," ungkap Rudi.
Durasi berjemur pun bervariasi. Terkadang hanya sekitar satu jam, namun tak jarang dari pagi hingga sore hari. Saat berjemur, buaya biasanya hanya diam di atas papan apung penyekat sampah yang membentang di sepanjang kali.
Baca juga: Buaya di Kali PIK Kerap Mejeng di Penyekat Sampah untuk Berjemur
Fenomena itu kerap menarik perhatian pengguna jalan. Tak sedikit pengendara yang berhenti sejenak hanya untuk melihat atau mengabadikan momen buaya berjemur.
Kemunculan buaya juga tidak selalu bergantung pada cuaca cerah. Rudi menyebut, saat hujan pun buaya bisa naik ke permukaan.
"Kadang kalau hujan juga dia naik, jadi semaunya dia aja. Kemarin aja hujan rintik-rintik dia jemur aja," jelas Rudi.
Dihantui rasa takutBekerja di perairan yang dihuni buaya tentu membuat rasa takut kerap menghantui. Namun, Rudi tak memiliki pilihan selain menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Ia berharap, selama ia tidak mengganggu, buaya-buaya tersebut juga tidak menyerangnya.
"Cuma kan kita enggak ganggu, mudah-mudahan buayanya enggak menganggu juga," ungkap dia.




