Jalan Panjang Menguak Misteri Gunung Padang

kompas.id
3 jam lalu
Cover Berita

Situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, telah diteliti sejak era kolonial Belanda. Berbagai riset dilakukan, tetapi masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Yang jelas, ribuan bebatuan di kawasan itu menunjukkan kemasyhuran peradaban pada masanya.

Belum diketahui secara pasti bagaimana batu-batu dengan panjang hingga 1,5 meter itu bisa berada di sana. Siapa yang mengangkatnya? Alat apa yang digunakan? Bagaimana pengaruh peradabannya terhadap dunia luas? Pertanyaan-pertanyaan ini masih mengundang teka-teki.

Misteri lainnya adalah goresan-goresan dengan beragam pola yang terdapat pada sejumlah batu. Bentuknya mulai dari goresan berupa garis dengan berbagai ukuran hingga menyerupai lubang-lubang. Para peneliti belum dapat menyimpulkan makna di balik simbol itu.

Ketua Tim Kajian dan Pemugaran Situs Gunung Padang, Ali Akbar, mengatakan, Situs Gunung Padang terdiri dari beberapa lapisan budaya. Lapisan termudanya berumur sekitar 500 tahun sebelum Masehi.

“Selain di permukaan, ada struktur lain di bawah tanah. Usianya diperkirakan sekitar 6.000 tahun sebelum Masehi,” ujarnya dalam Pencanangan Pemugaran Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, pada Senin (15/12/2025).

Temuan ini sempat memantik kehebohan publik. Sebab, usia 6.000 tahun sebelum Masehi berarti jauh lebih tua dibandingkan piramida di Mesir yang berusia sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi. Hingga saat ini, masih terdapat pro dan kontra terkait umur situs megalitikum tersebut.

Baca JugaSitus Gunung Padang Dipugar Bertahap

Wacana yang menyebutkan Situs Gunung Padang merupakan piramida juga ditentang beberapa pihak. Apalagi undakan di kawasan perbukitan itu didominasi oleh struktur di sisi selatan bukit, bukan di seluruh sisinya. Situs ini merupakan punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

Situs Gunung Padang terdiri dari lima teras yang disusun bertingkat. Setiap terasnya dipenuhi balok-balok batu berukuran panjang. Sebagian besar posisi batunya rebah, tapi ada juga yang tegak. Ali mengatakan, bebatuan itu didatangkan dari luar situs.

KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Kondisi Situs Gunung Padang Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (15/12/2025).

Misteri Situs Gunung Padang tak cuma berkutat pada perdebatan bentuknya berupa piramida atau bukan. Bukan juga hanya mempertentangkan usianya yang mencapai 8.000 tahun. Peneliti menemukan ada indikasi lapisan budaya ketiga dengan usia jauh lebih tua.

“Lapisan ketiga ini masih kontroversi. Kita tidak perlu ke sana dulu. Yang jelas, situs ini memiliki beberapa lapisan budaya yang menarik untuk terus diteliti,” katanya.

Dalam pencanangan pemugaran itu, Ali menjelaskan beberapa penemuan di situs tersebut. Ia mendaki dari teras satu hingga teras lima. Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, Bupati Cianjur Mohammad Wahyu Ferdian, dan rombongan lainnya menyimak penjelasan itu.

Di teras satu, Ali menunjukkan sebuah batu dalam posisi tegak. Sekilas, tidak ada perbedaan mencolok pada batu itu dibandingkan ribuan batu lainnya. Namun, setelah diamati lebih dekat, terdapat tiga lubang dalam posisi sejajar di permukaannya.

Lapisan ketiga ini masih kontroversi. Kita tidak perlu ke sana dulu. Yang jelas, situs ini memiliki beberapa lapisan budaya yang menarik untuk terus diteliti (Ketua Tim Kajian dan Pemugaran Situs Gunung Padang, Ali Akbar)

“Pada batu-batu di permukaan tanah ternyata cukup banyak goresan. Ini yang bikin kita bingung. Mudah-mudahan nanti para ahli simbol atau ahli huruf datang ke sini untuk menafsirkan makna simbol-simbol itu,” ucapnya.

Di teras lima, terdapat menhir dengan berat sekitar 2,3 ton. Di permukaannya juga ada goresan simbol berupa lekukan-lekukan. Semula batu itu rebah. Peneliti juga sudah menandai sejumlah batu yang akan direkonstruksi.

Rekonstruksinya berdasarkan dokumen visual yang menggambarkan posisi batu itu tegak dengan sedikit miring di salah satu sisinya. Fokus pemugaran lainnya adalah memperkuat sisi samping teras untuk mencegah longsor.

“Prioritas utama situs ini adalah memperpanjang usianya. Setelah itu, baru kita bisa melakukan kajian lebih lanjut di masa depan,” jelasnya.

Baca JugaPenelitian Gunung Padang Akan Dilanjutkan

Tidak semua peneliti punya pandangan serupa mengenai bentuk dan usia Situs Gunung Padang. Oleh sebab itu, riset mengenai situs itu memerlukan data-data kuat, tanpa perlu terburu-buru untuk menyimpulkannya.

Sebelumnya, Ketua Center for Prehistory and Austronesian Studies (CPAS) Truman Simanjuntak menyampaikan, undakan pada Gunung Padang hanya terdapat pada sisi selatan bukit.

Sementara sisi lainnya merupakan bentuk alami sebagai lereng bukit. Berdasarkan perspektif bentuk itu, situs tersebut merupakan punden berundak, bukan piramida.

Menurut Truman, jika pemerintah ingin mengembangkan penelitian Situs Gunung Padang, hendaknya tidak diarahkan pada pembuktian keberadaan ruangan-ruangan di bagian dalam bukit.

“Bagian dalam bukit steril dari aktivitas manusia. Riset sebaiknya diarahkan pada pengumpulan data artefaktual, ekofaktual, dan fitur tersisa di kompleks punden untuk melanjutkan riset metodologis-arkeologis, termasuk megalitik regional. Tim peneliti sebaiknya mengandalkan logika, rasionalitas, dan obyektivitas,” ujarnya (Kompas.id, 11/2/2025).

Jangan dikuasai korporasi tertentu

Restu Gunawan menuturkan, pemugaran Situs Gunung Padang merupakan komitmen pihaknya dalam melestarikan cagar budaya. Prosesnya melalui kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta.

“Kekuatan kita, khususnya filantropis yang punya ketertarikan di bidang cagar budaya itu cukup banyak. Namun, selama ini belum kita optimalkan,” ujarnya.

Ahli geologi, Prof Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan, Situs Gunung Padang bukan hanya terdiri satu lapisan budaya. Batuan-batuan dengan usia lebih tua tidak cuma berada di bawah tanah, tetapi ada juga yang tersingkap di permukaan.

“Jadi, yang menjadi dindingnya antara teras satu dan teras dua itu bukan struktur yang muda. Itu umurnya sekitar 8.000 tahun,” ujarnya.

Terkait keterlibatan swasta dalam pemugaran, Danny menganggap hal itu dapat dilakukan. Namun, pemanfaatan situs ini mesti sejalan dengan pengembangan riset dan berguna bagi masyarakat luas.

Baca JugaPenetapan Cagar Budaya Nasional Jangan Sebatas Simbol

“Yang kita harus jaga adalah supaya situs ini bisa terus diteliti dan tidak dikuasai oleh korporasi tertentu. Jadi, selama bantuannya itu tidak mengikat, boleh-boleh saja,” ucapnya.

Dedi Mulyadi mengatakan, rekonstruksi Situs Gunung Padang diperlukan untuk mengungkap peradaban masa lalu. Menurut dia, leluhur Nusantara memiliki peradaban tinggi dengan berbagai teknologi di zamannya.

“Problem kita adalah selalu meninggalkan yang digariskan leluhur, baik itu teknologi maupun sosiologis. Hari ini kita bertekad rekonstruksi Gunung Padang bisa diwujudkan. Kitaidak lagi bicara kewenangan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Seluruhnya adalah hak dan kewajiban kita untuk memeliharanya,” tuturnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
PTPN Siapkan Lahan Huntara di Sumut dan Aceh, Relokasi Warga Banjir Dipacu
• 14 jam laludisway.id
thumb
Data 1.046 Mahasiswa Bocor, Link Google Form Bebas Diakses Publik
• 15 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
KPK: Kasi Intel Kejari Hulu Sungai Utara Korupsi Rp 63 Juta, Kasi Datun Terima Rp 1,07 Miliar
• 23 jam laluliputan6.com
thumb
Dewa United perpanjang derita Persis dengan menang telak 5-1
• 15 jam laluantaranews.com
thumb
Prabowo Perintahkan Bentuk PP untuk Jawab Polemik Perpol 10/2025
• 18 jam lalukompas.com
Berhasil disimpan.