Seorang anak gadis pedesaan di provinsi Sumatera Utara yang usianya sudah mulai beranjak, seperti anak lainnya ia juga ingin memiliki teman bahkan pasangan pendamping hidup sebagaimana mestinya, ia pun coba mengikuti jejak-jejak langkah hidup seorang remaja biasanya, hingga ia pun mengerti dan memahami dan bisa beradaptasi.
Lambat laun ia mulai mengikuti desakan dunia digital yang memaksanya masuk kedalamnya dan mengikuti perkembangan zaman anak muda sekarang yaitu ikut-ikutan scroll-scroll an di media sosial di facebook, Instagram, tik tok, thread dan lain sebagainya, tidak sengaja muncul di beranda media sosialnya seseorang yang belum ia kenal sama sekali.
Kisah seorang perempun remaja bernama Lamaria merupakan nama sebutan saja, Lamaria kembali berkomunikasi dengan perkenalan diri melalui akun Facebook masing-masing melalui orang yang baru ia kenal tadi, sampailah waktunya dari awal kenal lewat facebook berujung dengan niat baik untuk hidup bersama dengan ikatan janji yang disebut dengan pernikahan, hingga keduanya mendapat restu dari keluarga masing-masing.
Namanya kehidupan keluarga tidak semudah yang dibayangkan hanya enaknya saja tetapi ada juga kehidupan pahitnya, Lamaria ikut merasakan kepahitan dalam keluarganya mulai ia cium mulai merasakannya dan sudah tidak nyaman dalam rumah tangganya ditambah suami yang kurang perhatian bahkan kerap KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) pun mulai ia tanggung sendiri, situasi seperti ini membuat Lamaria tidak bisa bertahan lama dan ia memanggil kesungguhan kebaikan hati seorang ibu dan mencoba pulang ke pangkuan ibu tercinta yang tidak terbatas, rencana itu terjadi dan Lamaria pulang ke kampungnya tidak bisa melanjutkan rumah tangga bersama laki-laki yang ia kenal di facebook itu.
Hidup dikampung mode serba kepo yaitu semua orang ingin tahu kenapa Lamaria bisa pulang kampung tiba-tiba padahal sudah menjadi suami orang diluar sana bahkan sudah punya buah hati, cibiran mulai darang ke Lamaria mulai dari yang hal-hal berpikiran positif sampai yang aneh-aneh.
Kehidupan di kampung membuat Lamaria sebenarnya harus menenangkan dirinya ternyata tidak seindah yang dibayangkan dikampung Lamaria ternyata mendapat gosip-gosip yang terdengar sayup ditelinganya menceritakan kekurangannya bahkan kelebihannya.
Orang tua Lamaria hidupnya juga pas-pasan membuat posisi Lamaria bebas dicibir oleh warga kampung seenaknya ia dicemooh oleh orang kampung tersebut, seandainya Lamaria dari keluarga terpandang berdarah biru, cibiran-cibiran warga itu tidak akan terdengar oleh Lamaria karena sudah ditutupi oleh wibawa dan martabat keluarga terhormat.
Jalan hidup memang berbeda untuk Lamaria terlahir dari keluarga sederhana, cari sehari untuk makan sehari, beruntung Lamaria walaupun orang tua hidup sederhana tapi mereka punya keluarga yang cukup mau membantu kehidupan keluarga Lamaria.
Kasih sayang seorang ibu tidak pernah surut meskipun dunia terbalik cinta ibu kepada anak tidak ada batasnya, Ibu Lamaria mulai kesana kemari silaturrahmi ke kaum family untuk mendapatkan solusi untuk anaknya bahkan mencarikan kerja untuk Lamaria supaya ia tidak murung dikampung.
Di kampung tersebut ibu Lamaria punya keluarga yang kebetulan sedang mencari kerja untuk menjadi babysister menjadi semi ibu rumah tangga, konon tempat baru kerja ini adalah keluarga sendiri tidak begitu dekat karena suaminya dapat kerjaan lulus di negara seberang membuat keluarganya harus mencari penjaga dan pendamping untuk anak dan istrinya yang ia tinggalkan ketika bertugas ke negara tetangga tersebut.
Lamaria dan ibunya menerima tawaran pekerjaan ini demi untuk kehormatan keluarganya, layaknya seperti baby sister yang lain Lamaria harus bersedia dan manut apa kata majikan, pergi kesana kemari adalah hal biasa walaupun bertolak belakang dalam hatinya karena merasa badan masih lelah dan lain sebagainya.
Suatu ketika Lamaria harus ikut pergi bersama sang Majikan mengunjungi keluarga-keluarga majikan sudah barang tentu majikan akan bertemu kesenangan karena bertemu keluarga besarnya, sementara Lamaria hanya pasrah ia seolah tidak bertemu kebahagiaan, tapi ia harus tertawa seperti majikan walaupun hati sedih, di tempat keluarga majikan ini Lamaria menemui teman-teman yang setingkat dengannya membuat hatinya terobati dengan hiburan teman-teman yang ia temui di tempat keluarga majikan yang juga merupakan kehidupannya sederhana bagi Lamaria ini sudah cukup baginya teman yang menjadi penenang hatinya sampai mereka akrab hingga kali berikutnya Lamaria tidak sedih lagi ketika berkunjung ke rumah keluarga majikannya, begitulah hidup harus bisa menyesuaikan walaupun bukan kehendak hati tapi lama-lama hati bisa berdamai dengan alam, menyatu dengan bumi, manusia, dan Tuhan-Nya.





