Bisnis.com, JAKARTA — Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) merilis ribuan dokumen terkait mendiang terpidana kejahatan seksual Jeffrey Epstein pada Jumat (19/12/2025) waktu setempat.
Dikutip melalui Reuters pada Minggu (21/12/2025), dokumen-dokumen tersebut memuat nama sejumlah tokoh terkenal dunia, termasuk mantan Presiden AS Bill Clinton. Namun, satu nama besar yang justru tidak muncul adalah Presiden Donald Trump.
Rilis ini merupakan bagian awal (parsial) dari arsip yang dimiliki DOJ. Sebagian besar isi dokumen disunting secara luas (redacted). DOJ menyebut penyuntingan dilakukan karena proses penelaahan yang rumit serta kewajiban melindungi identitas para korban Epstein.
Langkah tersebut dilakukan pemerintahan Trump untuk mematuhi undang-undang yang disahkan Kongres pada November lalu, yang mewajibkan pengungkapan seluruh berkas Epstein. Undang-undang itu disetujui secara luas, meski sebelumnya Trump selama berbulan-bulan berupaya mempertahankan agar dokumen tetap disegel.
Namun, rilis terbatas dengan banyak penyuntingan memicu kekecewaan, termasuk di kalangan Partai Republik. Kebijakan ini dinilai tidak cukup meredam skandal yang berpotensi membebani partai menjelang pemilu paruh waktu 2026.
Ketiadaan rujukan terhadap Trump menjadi sorotan, mengingat foto dan dokumen terkait dirinya telah muncul bertahun-tahun dalam rilis Epstein sebelumnya. Nama Trump, misalnya, tercantum dalam manifes penerbangan pesawat pribadi Epstein yang dirilis DOJ pada Februari lalu.
Baca Juga
- Trump Gugat Wall Street Journal US$10 Miliar Terkait Ucapan Ulang Tahun untuk Epstein
- Kematian Jeffrey Epstein, Jaksa Agung Sebut Ada Penyimpangan di Penjara
- Teka-teki Kematian Predator Anak Jeffrey Epstein, Prancis Serukan Investigasi
Isi Penting Lain dan Foto Tokoh Terkenal di Pusaran Skandal Epstein
Rilis terbaru juga memuat pengaduan kepada FBI pada 1996 yang menuduh Epstein terlibat dalam “pornografi anak”, jauh sebelum aparat penegak hukum menyelidiki perbuatannya secara serius.
Sejumlah selebriti muncul dalam foto-foto yang dirilis, antara lain almarhum penyiar Walter Cronkite, musisi Mick Jagger, Michael Jackson, Diana Ross, pengusaha Inggris Richard Branson, serta mantan Duchess of York, Sarah Ferguson. Banyak foto tidak bertanggal dan tanpa konteks, dan tidak satu pun dari tokoh tersebut dituduh melakukan pelanggaran terkait Epstein.
Andrew Mountbatten-Windsor (Pangeran Andrew) juga tampak dalam salah satu foto. Mantan Duke of York—yang kehilangan gelar kerajaan karena kedekatannya dengan Epstein—telah membantah segala tuduhan.
Skandal Epstein telah menjadi isu politik sensitif bagi Trump, yang sebelumnya kerap mendorong teori konspirasi terkait Epstein kepada para pendukungnya. Rilis pekan ini memuat bukti dari sejumlah penyelidikan, termasuk foto-foto Clinton.
Namun, hampir tidak ada foto atau dokumen yang menyebut Trump, meski hubungan pertemanan Trump dan Epstein pada 1990-an hingga awal 2000-an telah lama diketahui sebelum keduanya berselisih menjelang vonis pertama Epstein pada 2008.
Trump tidak pernah dituduh melakukan pelanggaran dan membantah mengetahui kejahatan Epstein.
Satu berkas berisi foto Trump dilaporkan sempat ada, namun kemudian hilang dari kumpulan data DOJ pada Sabtu. Anggota DPR dari Partai Demokrat menyoroti hal ini dan menuntut penjelasan. Media AS melaporkan hingga 16 foto dihapus dari situs DOJ. Hingga kini, DOJ dan Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi.
Banyak dokumen yang dirilis disunting hampir sepenuhnya—bahkan ada berkas ratusan halaman yang seluruhnya dihitamkan. DOJ mengakui masih meninjau ratusan ribu halaman lain untuk kemungkinan rilis lanjutan.
Salah satu korban Epstein, Marina Lacerda menyatakan kemarahan atas banyaknya penyuntingan dan dokumen yang belum dibuka.
“Kami semua marah. Ini seperti tamparan lagi. Kami mengharapkan jauh lebih banyak,” ujarnya kepada MS NOW.
Bulan lalu, Demokrat di DPR merilis ribuan email dari properti Epstein, termasuk satu email yang menyebut Trump “mengetahui tentang para gadis”, tanpa penjelasan lebih lanjut. Trump menepisnya dan menuduh Demokrat menyebarkan “Hoaks Epstein”.
Sementara itu, DOJ menyoroti Clinton dengan mempublikasikan gambar yang diklaim menunjukkan Clinton bersama korban Epstein. Pihak Clinton membantah dan menilai Gedung Putih berupaya mengalihkan perhatian. Gedung Putih menyatakan rilis tersebut mencerminkan transparansi dan komitmen terhadap keadilan bagi para korban, seraya menegaskan bahwa pengungkapan terjadi karena mandat Kongres.
Undang-undang pengungkapan mewajibkan DOJ menyerahkan informasi tentang penanganan penyelidikan Epstein, termasuk laporan internal dan email. Namun, materi tersebut tampaknya belum termasuk dalam rilis Jumat. Hukum juga mengizinkan DOJ menahan informasi pribadi korban serta materi yang berpotensi mengganggu penyelidikan aktif.





