Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Libur Nataru ? 

kompas.id
2 jam lalu
Cover Berita
Dari artikel ini pembaca bisa mengetahui:
  1. Apakah cuaca ekstrem berpotensi terjadi saat libur Natal dan Tahun Baru?
  2. Seberapa besar dampak cuaca ekstrem terhadap Jakarta dan wilayah sekitarnya?
  3. Bagaimana pemerintah mengantisipasi cuaca ekstrem selama periode Nataru?
  4. Mengapa lonjakan perjalanan saat Nataru memperbesar risiko cuaca ekstrem?
  5. Apa yang perlu dilakukan masyarakat agar tetap aman berlibur di tengah cuaca ekstrem?
1. Apakah cuaca ekstrem berpotensi terjadi saat libur Natal dan Tahun Baru?

Menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2025/2026, potensi cuaca ekstrem kembali menjadi perhatian utama. Berdasarkan pemantauan, Jakarta dan sejumlah wilayah lain diperkirakan mengalami hujan lebat, angin kencang, serta peningkatan risiko banjir sejak pekan kedua Desember hingga Januari. Situasi ini muncul bersamaan dengan puncak musim hujan yang secara klimatologis memang terjadi pada periode tersebut.

Cuaca ekstrem ini dipicu oleh berbagai faktor atmosfer yang aktif secara bersamaan. Selain Monsun Asia, terdapat pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin dan Rossby, La Niña lemah, serta kemunculan bibit siklon tropis di Samudra Hindia. Walaupun pusat siklon tidak berada tepat di wilayah Indonesia, dampak tidak langsungnya tetap terasa dalam bentuk hujan intens, angin kencang, dan gelombang tinggi.

Samudra Hindia saat ini bergejolak dengan keberadaan siklon tropis Bakung yang berada di sebelah barat daya Lampung. Selain itu, terbentuk bibit siklon tropis 95S di Laut Arafura barat daya Papua Selatan dan bibit siklon tropis 93S di Samudra Hindia sebelah selatan Nusa Tenggara Barat.

Kondisi ini menjadi krusial karena bertepatan dengan lonjakan mobilitas masyarakat. Libur panjang, libur sekolah, serta tradisi pulang kampung dan berwisata membuat risiko cuaca ekstrem tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada keselamatan perjalanan dan aktivitas publik selama Nataru.

Baca JugaCuaca Bergolak karena Siklon Tropis Bakung dan Dua Bibit Siklon, La Nina Menambah Hujan
2. Seberapa besar dampak cuaca ekstrem terhadap Jakarta dan wilayah sekitarnya?

Jakarta termasuk wilayah yang masuk kategori rawan menghadapi dampak cuaca ekstrem. Sepanjang 2025, sejumlah peristiwa banjir, angin kencang, dan longsor telah terjadi, dengan puncak risiko diperkirakan berlangsung hingga Januari 2026. Pada pertengahan Desember, banjir tercatat melanda sejumlah wilayah Jakarta Selatan akibat luapan sungai setelah hujan deras.

Selain banjir, angin kencang menjadi ancaman yang cukup signifikan. Dalam kurun Januari hingga pertengahan Desember 2025, tercatat sejumlah kejadian angin kencang yang berdampak pada ratusan rumah, kendaraan, infrastruktur publik, hingga menyebabkan korban luka ringan. Kerugian material pun tidak kecil, mencapai ratusan juta rupiah.

Situasi ini menunjukkan bahwa ancaman cuaca ekstrem bukan sekadar potensi, tetapi sudah menjadi kejadian nyata. Dengan meningkatnya intensitas hujan dan angin menjelang Nataru, kesiapsiagaan di wilayah perkotaan yang padat penduduk menjadi faktor penentu untuk menekan risiko korban dan kerusakan yang lebih besar.

Baca JugaBibit Siklon 93S Berpotensi Menguat, Menambah Intensitas Hujan di Jawa
3. Bagaimana pemerintah mengantisipasi cuaca ekstrem selama periode Nataru?

Pemerintah daerah dan pusat telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi untuk menghadapi cuaca ekstrem. Di Jakarta, penguatan sistem peringatan dini menjadi prioritas, disertai dengan koordinasi lintas lembaga dan kesiapan logistik. Aparatur wilayah diminta aktif memetakan potensi risiko bencana hydrometeorologi sejak dini.

Salah satu langkah yang ditempuh adalah pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). OMC dilakukan tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di wilayah penyangga seperti Banten dan Jawa Barat, dengan tujuan mengendalikan pertumbuhan awan hujan sebelum mencapai wilayah padat penduduk. Upaya ini dilengkapi dengan pembersihan saluran air, pengecekan pompa, serta pengaktifan posko siaga banjir.

Selain itu, pemerintah juga memperkuat kesiapsiagaan sektor transportasi. Informasi cuaca real-time disebarluaskan untuk mendukung keselamatan perjalanan darat, laut, dan udara. Mitigasi di sektor penerbangan dan pelayaran dilakukan untuk meminimalkan gangguan akibat awan hujan intens dan gelombang tinggi.

Baca JugaLiburan ke Pulau Bali, Waspadai Potensi Cuaca Buruk 
4. Mengapa lonjakan perjalanan saat Nataru memperbesar risiko cuaca ekstrem?

Periode Natal dan Tahun Baru selalu diikuti peningkatan signifikan mobilitas masyarakat. Pada Nataru 2025/2026, potensi pergerakan penduduk diperkirakan mencapai hampir 120 juta orang, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Pulau Jawa, termasuk Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, serta kota wisata seperti Yogyakarta dan Bali, menjadi tujuan utama.

Lonjakan perjalanan ini terjadi bersamaan dengan puncak musim hujan di banyak wilayah. Kombinasi kepadatan lalu lintas, cuaca buruk, serta keterbatasan waktu perjalanan meningkatkan potensi kecelakaan dan gangguan transportasi. Risiko tersebut tidak hanya dirasakan oleh pemudik, tetapi juga wisatawan dan pelaku transportasi.

Karena itu, cuaca ekstrem menjadi variabel penting dalam perencanaan perjalanan. Tanpa kesiapan yang memadai, peningkatan mobilitas justru dapat memperbesar dampak bencana hidrometeorologis, baik berupa keterlambatan, kecelakaan, maupun gangguan aktivitas ekonomi dan pariwisata.

Baca JugaWaspada Cuaca Ekstrem di Selat Sunda, Hindari Penyeberangan Sore hingga Malam Hari
5. Apa yang perlu dilakukan masyarakat agar tetap aman berlibur di tengah cuaca ekstrem?

Di tengah berbagai upaya mitigasi pemerintah, peran masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi cuaca ekstrem. Kesiapsiagaan individu dan keluarga, seperti mengenali potensi bencana di lingkungan sekitar dan mengetahui jalur evakuasi, sangat penting untuk menekan risiko saat terjadi kondisi darurat.

Perencanaan perjalanan juga perlu disesuaikan dengan informasi cuaca terkini. Mengatur waktu keberangkatan, memilih rute dan destinasi yang relatif aman, serta menghindari aktivitas di wilayah rawan menjadi langkah bijak di tengah ketidakpastian iklim. Informasi resmi cuaca sebaiknya dijadikan rujukan utama.

Libur Natal dan Tahun Baru tidak hanya soal menikmati waktu luang, tetapi juga tentang kemampuan menyeimbangkan keinginan berlibur dengan kesadaran terhadap kondisi alam. Dengan kesiapsiagaan yang baik, kepanikan dapat ditekan dan masyarakat dapat menghadapi cuaca ekstrem dengan lebih tenang dan aman.

Baca JugaLiburan Aman dan Selamat

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
PLN Sebut Sistem Kelistrikan Aceh Pulih, Lanjutkan Distribusi ke Masyarakat
• 18 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Jepang Manfaatkan Teknologi Drone dan AI untuk Cegah Serangan Beruang
• 18 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Perempuan Magelang dan Tenun yang Menyatukan Cerita
• 18 jam lalukumparan.com
thumb
Tito Karnavian Akui Kelemahan Penanganan Bencana di Sumatera dan Aceh, Minta Maaf kepada Masyarakat
• 13 jam lalupantau.com
thumb
Bonnie DPR Dukung Nelayan Lebak Hidupkan Ruwat Laut: Perlu Dialog dengan Tokoh Agama
• 13 jam laluliputan6.com
Berhasil disimpan.