Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong percepatan transformasi digital sebagai fondasi penguatan daya saing dan ketahanan industri nasional. Upaya ini dilakukan melalui peningkatan produktivitas, penguatan teknologi proses, serta penerapan sistem industri digital yang terintegrasi.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, digitalisasi dan penerapan Industri 4.0 menjadi kunci dalam membangun sektor manufaktur yang cerdas, berkelanjutan, dan tangguh menghadapi dinamika global.
“Kesiapan digital akan menjadi stimulus penting bagi dunia usaha untuk meningkatkan produktivitas, mempercepat inovasi, sekaligus memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global,” ujar Agus dilansir dari laman resmi Kemenperin, Minggu, 21 Desember 2025.
*Tingkat Penetrasi Digital Jadi Modal Utama*
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2025, pengguna internet di Indonesia telah mencapai sekitar 229 juta orang atau 80,66 persen dari total penduduk. Angka ini menunjukkan tingginya penetrasi digital nasional sekaligus menjadi indikator kesiapan Indonesia dalam menghadapi transformasi digital, termasuk di sektor industri.
Kemenperin menilai kondisi tersebut merupakan modal penting untuk mempercepat adopsi teknologi digital di dunia manufaktur.
*Penguatan SDM Industri 4.0*
Sebagai langkah konkret, Kemenperin melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) secara konsisten menggelar program peningkatan kompetensi SDM industri, khususnya di bidang teknologi digital dan keamanan siber.
Pada akhir November 2025, BPSDMI bekerja sama dengan PT Elmecon Multikencana, PT Riasarana Electrindo, dan Data Garda menyelenggarakan Seminar Kolaborasi PIDI 4.0 bertajuk “Essential Backbone for Industrial Efficiency, Connectivity, and Cybersecurity” di Gedung Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0), Jakarta.
*Efisiensi, Konektivitas, dan Keamanan Siber*
Kepala BPSDMI Doddy Rahadi menyampaikan, transformasi industri saat ini mengarah pada sistem produksi yang semakin terotomatisasi, terkoneksi, dan berbasis data.
Menurutnya, keseimbangan antara efisiensi operasional, konektivitas yang andal, dan keamanan siber menjadi fondasi utama daya saing industri.
“Efisiensi energi, konektivitas sistem, dan keamanan siber bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan strategis bagi industri yang ingin bertahan dan berkembang di era digital,” kata Doddy.
Melalui forum tersebut, pemerintah dan pelaku industri berfokus pada tiga aspek utama, yakni peningkatan efisiensi energi, optimalisasi produktivitas mesin, serta penguatan keamanan siber operasional guna menekan risiko gangguan dan kerentanan sistem industri.
*Tantangan Global Industri Manufaktur*
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM Industri, Sidik Herman, menambahkan bahwa tantangan global seperti tekanan efisiensi, kenaikan biaya energi, keterbatasan tenaga teknis terampil, serta meningkatnya ancaman siber menjadikan transformasi digital sebagai kebutuhan mendesak.
“Efisiensi energi, keandalan mesin berbasis predictive maintenance, integrasi Internet of Things (IoT) untuk pemantauan *real time*, hingga perlindungan sistem industri dari ancaman siber kini menjadi prasyarat utama bagi industri yang ingin tetap kompetitif,” ujarnya.
*Kolaborasi Dorong Industri Nasional Lebih Kompetitif*
Direktur PT Elmecon Multikencana, Ridwan Djuhari, menilai kolaborasi antara pemerintah, integrator, dan pelaku industri merupakan langkah strategis untuk menghadirkan solusi nyata dalam peningkatan efisiensi energi, produktivitas mesin, dan keamanan sistem operasional.
“Kami berharap kolaborasi seperti ini terus diperkuat agar industri nasional mampu bersaing di tingkat global dan tidak tertinggal dari negara-negara kawasan seperti Vietnam dan Thailand,” katanya.
Melalui sinergi lintas sektor tersebut, Kemenperin berharap transformasi menuju Industri 4.0 dapat berjalan lebih cepat, terarah, dan berkelanjutan, sekaligus memperkokoh daya saing industri nasional di pasar global.
Editor: Redaktur TVRINews




