Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa memaparkan bahwa surplus neraca dagang selama Januari sampai dengan November 2025 mencapai US$38,7 miliar.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah, surplus neraca dagang secara kumulatif selama 2025 sampai dengan November lalu itu tumbuh 32,3% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu yakni US$29,2 miliar.
Pada konferensi pers APBN KiTa edisi November 2025, Kamis (18/12/2025), Purbaya menjelaskan bahwa peningkatan secara tahunan sampai dengan November itu kendati adanya indikasi perlambatan setelah efek frontloading eksportir yang menghindari pengenaan tarif impor Amerika Serikat (AS).
"[Surplus] neraca perdagangan kumulatif itu naiknya sebesar 32,2% jadi net impact dari perkembangan global ke kita malah membaik, jadi global mendukung terus, menopang recovery di ekonomi kita," terangnya, dikutip Minggu (21/12/2025).
Surplus itu berkat kinerja ekspor secara kumulatif Januari-November 2025 yang lebih tinggi dari impor. Selama 11 bulan 2025, Kemenkeu mencatat nilai ekspor mencapai US$256,7 miliar atau tumbuh 5,7% (yoy).
Purbaya memaparkan bahwa ekspor itu ditopang oleh komoditas bernilai tambah, industri manufaktur seperti logam dasar, minyak kelapa sawit (CPO), kimia dasar, dan semikonduktor.
Baca Juga
- Defisit Neraca Dagang AS Sentuh Level Terendah dalam 5 Tahun jadi US$52,8 miliar
- Macron Ultimatum China: Siap Kenakan Tarif jika Ketimpangan Neraca Dagang Makin Lebar
- Surplus Neraca Dagang RI Susut, Purbaya Sebut Akibat Permintaan Domestik Pulih
"Kinerja ekspor kumulatif Januari-November 2025 tetap solid dengan pertumbuhan 5,7% year on year, terutama ditopang komoditas bernilai tambah dan industri manufaktur seperti logam dasar CPO, kimia dasar, dan semikonduktor," jelasnya.
Di sisi lain, impor tumbuh 2,1% (yoy) menjadi US$218,1 miliar pada Januari-November 2025. Kinerja impor itu didorong oleh kebutuhan barang modal seperti mesin dan peralatan, alat komunikasi dan komputer.
"Ini mengindikasikan aktivitas investasi dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga," terang Purbaya.




