Penulis: Krisafika Taraisya Subagio
TVRINews, Jakarta
Kementerian Transmigrasi menegaskan transformasi kebijakan transmigrasi saat ini tidak lagi berorientasi pada pemindahan penduduk, melainkan pada penciptaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan dan berbasis sains serta data.
Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara mengatakan, dunia kampus memegang peran strategis dalam agenda besar Transmigrasi 5.0 melalui keterlibatan aktif mahasiswa dan akademisi dalam program Tim Ekspedisi Patriot (TEP).
"Inti dari Transmigrasi 5.0 adalah revitalisasi dan transformasi. Pendekatan kita hari ini adalah membuat lahan yang tidak produktif menjadi produktif melalui peran kampus, termasuk teknologi tepat guna," ujar Iftitah dalam keterangan tertulis, dikutip dari siaran pers yang diterima tvrinews.com, Minggu, 21 Desember 2025.
Menurut Iftitah, kehadiran kampus di kawasan transmigrasi bukan sekadar pengabdian jangka pendek, melainkan bagian dari desain kebijakan nasional yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai fondasi pembangunan. Bahkan, dana pemerintah dalam konteks ini dipandang sebagai investasi, bukan semata-mata biaya.
Selama 120 hari masa pengabdian, TEP UGM dinilai mampu membuktikan kontribusi nyata perguruan tinggi dalam menjawab persoalan di lapangan. Mulai dari pemetaan potensi lahan berbasis data dan teknologi, mitigasi kebencanaan, hingga penyusunan rekomendasi pemanfaatan ruang yang selaras dengan kebutuhan masyarakat dan arah pembangunan nasional.
Iftitah menegaskan, transmigrasi hari ini menjadi sangat relevan karena tugas utamanya adalah menciptakan ekonomi baru yang inklusif dan berkelanjutan. Tantangan terbesar selama ini, kata dia, adalah lemahnya sinergi dan belum optimalnya pendekatan berbasis sains dan data.
"Di sinilah peran kampus menjadi sangat penting. Hasil kerja mereka tidak boleh berhenti di laporan akademik, tetapi harus ditindaklanjuti menjadi kebijakan dan program pemerintah," tegasnya.
Ia menjelaskan, hasil kerja Tim Ekspedisi Patriot akan menjadi dasar bagi penyediaan infrastruktur dasar, penguatan ekonomi masyarakat, hingga penyiapan kawasan transmigrasi sebagai living lab atau laboratorium hidup bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
"Presiden menginginkan lahirnya SDM unggul, bahkan hingga peraih Nobel. Kawasan transmigrasi kita siapkan sebagai tempat ilmu diuji langsung di lapangan, bukan hanya dibahas di ruang ber-AC," ucapnya.
Ke depan, Kementerian Transmigrasi akan melanjutkan program Ekspedisi Patriot dengan pendekatan yang lebih terintegrasi, mencakup pengabdian, riset lanjutan, serta penyiapan kawasan transmigrasi yang siap ditawarkan kepada investor.
Iftitah berharap hasil riset kampus dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia menekankan pentingnya memastikan masyarakat lokal tetap menjadi tuan rumah pembangunan di wilayahnya sendiri.
"Kalau riset kampus dimanfaatkan investor dan mampu menciptakan lapangan kerja, di situlah karya cipta tertinggi perguruan tinggi," ungkapnya.
Melalui kolaborasi erat antara pemerintah, kampus, dan dunia usaha, Kementerian Transmigrasi optimistis kawasan transmigrasi dapat tumbuh sebagai pusat-pusat ekonomi baru yang inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan, sekaligus menjawab tantangan bonus demografi Indonesia.
Editor: Redaktur TVRINews




