Pukulan Politik Beijing: Akses ke Jepang Diputus, Kepentingan Bisnis Tiongkok Justru Terancam Serius

erabaru.net
6 jam lalu
Cover Berita

EtIndonesia. Larangan perjalanan wisata ke Jepang yang dikeluarkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah berlangsung selama sebulan. Lalu, dampak apa yang akan ditimbulkan berkurangnya wisatawan Tiongkok terhadap perekonomian Jepang? Menanggapi hal ini, para pengamat ekonomi Jepang menilai bahwa hasilnya kemungkinan tidak akan sesuai dengan harapan PKT, dan justru rakyat Tiongkok lah yang menjadi korban sesungguhnya.

 “Situasi Jepang saat ini justru berlawanan dengan perhitungan PKT. (Belanja wisatawan Tiongkok) hanya menyumbang sekitar 0,3% dari total PDB Jepang, sekitar 2 triliun yen. Namun 0,3% ini tidak akan hilang sepenuhnya,” kata Ekonom Jepang, Tetsuya Watanabe. 

“Saat ini Jepang berada dalam kondisi ‘overtourism’, jumlah wisatawan telah melampaui kapasitas penerimaan. Akibatnya, pariwisata domestik dan perjalanan bisnis di Jepang menjadi sulit. Misalnya, pebisnis sering kali tidak dapat menemukan hotel di Tokyo atau Osaka, yang justru berdampak negatif pada ekonomi riil,” jelasnya. 

Masuknya wisatawan Tiongkok ke Jepang dalam jumlah besar juga membuat sebagian warga Tiongkok melihat peluang bisnis, lalu mendirikan perusahaan perjalanan, toko bebas bea, dan restoran di Jepang. Menurut Watanabe, larangan wisata dari PKT paling berdampak pada kelompok ini.

Ekonom Jepang, Tetsuya Watanabe (Tangkapan Layar)

 “Tiongkok menjalankan model bisnis ‘satu rantai penuh’: wisatawan menggunakan bus pariwisata, hotel, dan restoran milik perusahaan Tiongkok, sehingga keuntungan pada dasarnya kembali ke Tiongkok (modal Tiongkok). Oleh karena itu, pihak yang paling terdampak saat ini adalah penginapan dan perusahaan bermodal Tiongkok dalam sistem ‘satu rantai penuh’ tersebut. Bisa dikatakan bahwa (larangan wisata ini) berpotensi menghancurkan jaringan bisnis yang dibangun Tiongkok di Jepang,” tambah Tetsuya Watanabe. 

Selain jaringan bisnis yang dibangun oleh warga Tionghoa di Jepang yang terdampak, Watanabe juga menilai bahwa larangan wisata ini turut mempengaruhi sebagian perusahaan dan individu yang berada di dalam negeri Tiongkok.

 “Modal Tiongkok yang diinvestasikan di Jepang kini sulit ditarik kembali. Misalnya, penginapan di Jepang yang dikelola oleh warga Tiongkok yang tinggal di Tiongkok, dananya sekarang tidak bisa dikembalikan ke Tiongkok. Hal yang sama berlaku untuk industri pariwisata dan penerbangan,” jelas Tetsuya. 

“Rute penerbangan ke Jepang pada dasarnya dioperasikan oleh maskapai Tiongkok. Jika penerbangan dihentikan, yang mengalami kerugian adalah maskapai Tiongkok. Demikian pula, jika rombongan wisata tidak datang ke Jepang, yang terdampak adalah perusahaan perjalanan Tiongkok,” tambahnya.

Harian Jepang Sankei Shimbun juga menyebutkan dalam laporannya bahwa berbagai perusahaan berlatar belakang Tiongkok yang sangat bergantung pada pasar Tiongkok menjadi korban terbesar dari larangan wisata ini. (Hui)

Laporan wawancara oleh reporter New Tang Dynasty Television Xu Ting dan Le Fei dari Tokyo.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kena OTT KPK, Kajari HSU dan 2 Anak Buahnya Diberhentikan Sementara oleh Kejagung
• 2 jam lalujpnn.com
thumb
Pengamat Maritim Ingatkan Risiko Kebakaran EV di Kapal Feri Jelang Libur Nataru
• 13 jam lalutvrinews.com
thumb
Penampakan Besi Berton-ton yang Timpa Truk Sebabkan Sopir-Kernet Tewas di Jakut
• 15 jam lalukumparan.com
thumb
Kapolri Tekankan Kesiapsiagaan Penanganan Bencana selama Momen Nataru
• 8 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Siap Jalankan Islah, Gus Yahya Tegaskan Taslim pada Keputusan Mustasyar PBNU
• 10 jam lalurctiplus.com
Berhasil disimpan.