Banyak orang kecewa dalam pertemanan bukan karena disakiti secara terang-terangan, melainkan karena harapan yang terlalu tinggi. Ini terjadi karena kita sering menilai hubungan dari kedekatan, bukan dari pemahaman terhadap sifat seseorang.
Mengapa Pertemanan Sering Berujung Kecewa?Pernah merasa sudah berbuat banyak untuk teman, tapi responsnya biasa saja? Atau merasa didekati hanya saat ia butuh bantuan? Kekecewaan dalam pertemanan bukan hal asing. Ada alasan kenapa hubungan yang awalnya hangat bisa terasa melelahkan.
Dalam interaksi langsung, kita bisa melihat sikap, kebiasaan, dan cara seseorang memperlakukan orang lain. Dari situlah sebenarnya sifat mulai terbaca. Namun, kita sering mengabaikannya demi rasa nyaman atau keinginan untuk merasa diterima.
Itulah sebabnya ada teman yang terasa baik di awal, tapi menyulitkan di kemudian hari ketika batasan tidak pernah dibuat sejak awal.
Ketika Berteman, Otak Sering Mengisi KekosonganSaat menjalin pertemanan, otak kerap menambal kekurangan informasi dengan harapan. Kita membayangkan orang lain akan bersikap seperti yang kita lakukan. Padahal, setiap orang punya cara sendiri dalam memberi perhatian dan menjaga hubungan.
Jika sedang merasa sendiri atau butuh dukungan, sikap biasa dari teman bisa terasa sebagai penolakan. Bukan karena ia berubah, melainkan karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi.
Tidak Semua Orang Perlu Didekati Terlalu DekatMengenal sifat seseorang tidak selalu berarti harus masuk ke lingkaran terdekatnya. Ada orang yang cukup dijadikan teman ngobrol, ada yang cocok jadi rekan kerja, dan ada pula yang aman ditempatkan pada jarak tertentu.
Berteman secukupnya bukan berarti dingin atau antisosial. Itu adalah bentuk menjaga diri agar tidak terus-menerus lelah secara emosional.
Mengenali Batas: Menyelamatkan Hubungan PertemananBanyak konflik pertemanan muncul karena batas yang kabur. Terlalu sering membantu, terlalu mudah memaafkan, atau terlalu berharap diperlakukan sama sering berujung pada kekecewaan.
Dua orang bisa berteman lama, tapi dengan tingkat kedekatan yang berbeda. Masalah muncul ketika salah satu menganggap hubungan itu lebih dalam dari yang dirasakan pihak lain.
Yang Bisa Diatur adalah Cara MenyikapinyaAlih-alih berharap seseorang berubah, lebih sehat jika kita menyesuaikan ekspektasi. Jika tahu seseorang cenderung cuek, jangan berharap ia selalu hadir. Jika tahu ia sulit menjaga rahasia, jangan memberinya beban cerita terlalu dalam.
Dengan mengenali sifat sejak awal, kita bisa menentukan seberapa jauh melangkah tanpa harus terluka.
Ada beberapa sikap sederhana agar pertemanan tetap sehat.
Amati konsistensi sikap, bukan janji atau kata manis.
Tetapkan batas tanpa perlu merasa bersalah.
Jangan mengukur orang lain dengan standar diri sendiri.
Terima bahwa tidak semua orang bisa menjadi tempat bercerita.
Pertemanan yang dewasa bukan tentang seberapa sering bertemu, melainkan tentang seberapa aman perasaan dijaga. Kadang, mengenal seseorang secukupnya justru membuat hubungan lebih awet.
Jadi, cukup tahu sifatnya, lalu berteman secukupnya. Bukan karena kita menjauh, melainkan karena kita ingin tetap utuh tanpa kehilangan diri sendiri.





