JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik megahnya bangunan Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, tersimpan kisah kelam yang bagi sebagian orang sudah menjadi rahasia umum.
Stasiun yang dibangun sejak 1914 dan ditetapkan sebagai cagar budaya pada 1993 itu ternyata pernah menjadi lokasi prostitusi yang dikenal dengan nama Pela-pela.
Pada era 1990-an, berbagai aktivitas prostitusi dilakukan secara terang-terangan, mulai dari ujung peron masuk hingga ke area luar Stasiun Tanjung Priok.
Baca juga: 6 Tahun Menjaga Kampung Tanpa Asap Rokok di Matraman, Perjuangan yang Tak Mudah
"Dulu Stasiun Tanjung Priok terbengkalai, ketika malam di stasiun itu ada lokalisasi yang dikenal namanya sebagai 'Pela-pela', beroperasinya jam 17.00 WIB," kata penumpang sekaligus warga yang tinggal di sekitar stasiun bernama Mail (42) saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Jumat (19/12/2025).
Setiap menjelang matahari terbenam, warga mulai menggelar lapak berupa meja dan bangku plastik di sepanjang rel kereta api Stasiun Tanjung Priok.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=Tanjung Priok, Stasiun Tanjung Priok, indepth, tempat prostitusi, pela-pela, pela-pela tanjung priok&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8yMi8wNjM4NDQ0MS9zaXNpLWdlbGFwLXN0YXNpdW4tdGFuanVuZy1wcmlvay1jYWdhci1idWRheWEteWFuZy1zZW1wYXQtamFkaS10ZW1wYXQ=&q=Sisi Gelap Stasiun Tanjung Priok, Cagar Budaya yang Sempat Jadi Tempat Prostitusi§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Tak hanya lapak penjual minuman keras, warga juga menyediakan tempat-tempat untuk aktivitas prostitusi, salah satunya balai kayu yang dilengkapi kasur kapuk di pinggir rel kereta api.
Antarbalai kayu tersebut pun tak ada pembatas atau penutup. Para pelaku prostitusi hanya mengandalkan kondisi rel yang gelap dan minim penerangan agar aktivitas mereka tidak terlihat oleh banyak orang.
Mail bilang, aktivitas prostitusi di sepanjang rel kereta api Stasiun Tanjung Priok selalu ramai setiap malam, terutama ketika hari libur.
Suara musik keras dari sound system juga selalu mengiringi aktivitas prostitusi di lokasi ini, membuat suasana semakin hiruk-pikuk hingga larut malam.
Para pelaku prostitusi akan membongkar lapaknya menjelang adzan Subuh karena aktivitas stasiun kembali ramai oleh penumpang pada pagi hari.
Untuk mempercepat proses bongkar pasang lapak, warga membuat troli dari kayu yang bagian bawahnya dilengkapi roda agar dapat berjalan di atas rel kereta api.
Baca juga: Cara Mata Elang Dapat Data Nasabah dengan Mudah dalam Hitungan Detik
Troli tersebut digunakan untuk mengangkut sound system, tenda, karpet, serta bangku sehingga mereka tidak perlu mengangkut barang-barang itu secara manual.
Selain lapak bongkar pasang, terdapat pula beberapa warung remang-remang yang dibangun secara permanen di pinggir rel kereta api.
Namun, masa kejayaan Pela-pela di Stasiun Tanjung Priok runtuh ketika Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5422667/original/098181600_1764036777-DSC_6245.jpg)



