Harga saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank anjlok 14,63% hingga auto reject bawah (ARB) pada perdagangan pagi ini, Senin (22/12).
Berdasarkan data Stockbit hingga pukul 10.00 WIB, volume perdagangannya tercatat 1,14 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 1,23 triliun. Kapitalisasi pasarnya anjlok menjadi Rp 35,24 triliun.
Harga saham SUPA anjlok hingga ARB ke level Rp 1.050 sejak pembukaan perdagangan pukul 09.05 WIB. Namun, harga sahamnya sempat berbalik arah menguat tipis ke level Rp 1.100 pada pukul 09.15 WIB, sebelum kembali ARB pada pukul 10.00 WIB.
SUPA baru melantai atau mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (17/12). Pada debut perdananya, harga saham SUPA dibuka melesat 24,41% ke level Rp 790 atau manembus batas harga tertinggi perdagangan harian atau auto rejection atas (ARA) pada pukul 09.00 WIB.
Volume saham yang diperdagangkan saat itu tercatat 1,97 juta dengan nilai transaksinya Rp 1,56 miliar. Sedangkan frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 1.048 kali. Kapitalisasi pasar Super Bank Indonesia melesat mencapai Rp 26,78 triliun.
Kemudian di hari kedua dan ketiga setelah IPO, saham SUPA juga menembus ARA hingga ke Rp 1.230 per lembar saham pada Jumat (19/12).
SUPA sempat mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 318,69 kali selama gelaran penawaran saham perdana atau initial public offering/IPO dan diburu lebih dari 1 juta order.
Namun, bagaimana kinerja keuangannya?
Kinerja Keuangan Terbaru Superbank (SUPA)Berdasarkan laporan keuangan bulanan anudited perserpan pada November 2025, Superbank membukukan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp 122,4 miliar. Adapun pendapatan bunga bersih melonjak 165% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 1,4 triliun, seiring berlanjutnya ekspansi intermediasi.
Kinerja tersebut tercermin dari penyaluran kredit yang tumbuh melesat 58% secara tahunan mencapai Rp 9,3 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga atau DPK bahkan tumbuh lebih kencang mencapai 149% menjadi Rp 11 triliun. Total aset Superbank hingga akhir November pun naik 69% secara tahunan menjadi Rp 18 triliun.
Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan, torehan tersebut mencerminkan fundamental perseroan yang semakin solid dan arah pertumbuhan yang jelas. Ia menilai kenaikan jumlah nasabah, aktivitas transaksi, serta kinerja keuangan yang berkelanjutan menunjukkan model bisnis Superbank kian matang.
“Fokus kami tetap pada membangun layanan perbankan digital yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari, dijalankan secara prudent, dan didukung oleh fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang,” ujar Tigor dalam keteranganya, dikutip Senin (22/12).
Sejak meluncurkan aplikasi digital pada Juni 2024, Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah. Rata-rata transaksi harian telah melampaui 1 juta transaksi per hari, dengan kenaikan lebih dari 40% pada kuartal III 2025 dibandingkan periode sebelumnya.
Sejalan dengan penguatan kinerja dan permodalan, Superbank memenuhi kriteria Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 setelah mencatatkan saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Dengan modal inti yang telah melampaui Rp 6 triliun, Superbank kini memiliki struktur permodalan yang lebih kuat untuk memperluas skala usaha dan memasuki fase pertumbuhan kedepannya.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451750/original/081892700_1766368142-d0fde6d2-3861-47f0-84c8-5033b868c745.jpeg)
