Para pelaku industri otomotif berharap pemerintah kembali memberikan insentif pajak pada tahun depan. Kondisi pasar yang belum pulih dinilai mempengaruhi penjualan kendaraan bermotor, sehingga peran pemerintah dinilai tetap krusial.
Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Jap Ernando Demily, menyebut bahwa insentif mampu menjadi katalis penting bagi pemulihan pasar. Misalnya pada pemberian relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dengan persyaratan tertentu pada 2021, kala itu penjualan mobil naik 66,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Ernando mengatakan, kondisi saat ini memiliki kemiripan, ketika permintaan belum sepenuhnya pulih dan produksi dalam negeri perlu dijaga. Menurutnya, intervensi yang tepat dapat memperkuat ekosistem industri dari hulu hingga hilir.
"Berkaca pada kondisi saat ini, market masih belum mengalami pertumbuhan positif sepanjang tahun. Rasanya intervensi stakeholder masih sangat dibutuhkan untuk mendorong produksi dalam negeri, dengan tujuan membangun industri otomotif secara komprehensif dari hulu ke hilir," ujar Ernando dalam keterangannya, Senin (22/12).
Dia menilai, fokus insentif tidak cukup hanya mendorong penjualan jangka pendek, tetapi juga harus memperkuat fondasi industri. Keseimbangan antara pertumbuhan permintaan dan keberlanjutan industri menjadi poin yang ditekankan.
"Kebijakan yang diluncurkan baiknya tidak hanya berdampak positif pada market tetapi juga industri otomotif secara keseluruhan, sehingga pertumbuhan demand masyarakat bisa sejalan dengan pertumbuhan industri nasional," kata Ernando.
Sementara itu, Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy mengatakan, insentif sebagai salah satu faktor yang dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, terutama ketika pasar sedang melemah. Namun, Honda mengingatkan bahwa capaian penjualan besar tetap dipengaruhi banyak variabel lain.
"Honda melihat insentif sebagai salah satu faktor yang dapat mendorong permintaan dan mempermudah keputusan pembelian kendaraan. Namun pencapaian volume hingga 1 juta unit tetap perlu dikaji lebih lanjut karena dipengaruhi kondisi ekonomi dan daya beli," jelasnya.
Billy menambahkan, pelaku industri pada dasarnya menaruh harapan pada arah kebijakan pemerintah ke depan. Menurutnya, pemerintah memiliki pertimbangan menyeluruh dalam merumuskan insentif agar sejalan dengan tujuan jangka panjang. Dukungan terhadap industri dan ekonomi berkelanjutan menjadi ekspektasi utama.
"Apa pun bentuk insentifnya, kami yakin pemerintah memiliki kebijakan yang mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, dan apa pun bentuk insentifnya kami yakin pemerintah memiliki kebijakan yang baik dan adil atau fair untuk semua teknologi kendaraan yang mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," ujar Billy.
Bukan hanya pabrikan Jepang, namun brand China yang sudah merakit kendaraannya di Indonesia juga ikut terdampak dari kehadiran insentif. Jetour menilai, insentif yang langsung menyasar konsumen akan memberikan efek cepat terhadap penjualan. .
"Ya, pasti kalau insentif yang impact-nya direct ke konsumen, itu akan ada impact juga ke penjualan secara langsung. Tapi secara general, Jetour mendukung gerakan pemerintah terutama yang terkait industri ya," kata Marketing Director PT Jetour Sales Indonesia, Moch Ranggy Radiansyah.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451597/original/003547400_1766313134-WhatsApp_Image_2025-12-21_at_16.57.51.jpeg)
