REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lanskap perang abad ke-21 telah menemukan otak dan penglihatannya yang baru, bukan dalam tank atau jet tempur, tetapi dalam drone kecil yang berdengung di atas medan tempur.
Pernyataan Presiden Vladimir Putin tentang keunggulan drone Rusia bukan sekadar klaim propaganda, melainkan cerminan dari realitas paling transformatif dalam konflik bersenjata saat ini: era di mana kemenangan tak lagi hanya ditentukan oleh jumlah pasukan atau kekuatan peluru, tetapi oleh dominasi di udara yang sangat rendah (lower airspace) dan kecepatan pengambilan keputusan berbasis intelijen real-time.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- BI Catat Pertumbuhan Uang Beredar Makin Tinggi pada November 2025
- PT Nusa Karya Arindo Raih 2 Penghargaan CSR di Ajang Bergengsi
- Honai Adat Elaboge Jadi Kampung Percontohan Papua Pegunungan
Pakar pertahanan Igor Korotchenko menyoroti perubahan fundamental ini dengan tegas: medan perang telah menjadi “sepenuhnya transparan” berkat drone, terutama jenis FPV (First-Person View). Drone ini berfungsi sebagai mata yang tak pernah berkedip, menghilangkan kabut perang (fog of war) yang selama ini menyelimuti pasukan. Dalam radius 20-25 kilometer di sepanjang garis depan, tidak ada pergerakan personel, posisi senjata, atau kendaraan musuh yang bisa benar-benar tersembunyi.
Keampuhan drone bukan hanya terletak pada teknologinya, tetapi pada skalanya. Korotchenko menekankan bahwa jumlah dan jenis drone Rusia telah meningkat “secara eksponensial.” Skala produksi massal ini mengubah kalkulus perang. Keunggulan udara taktis yang dulunya mahal dan terbatas, kini dapat diterapkan secara terus-menerus di seluruh sektor front, menekan musuh secara konstan dan mencegahnya untuk bernapas atau berkonsolidasi.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Salah satu dampak strategis terbesarnya adalah pada kemampuan bertahan. Kehadiran drone pengintai dan penyerang yang masif di udara membuat hampir setiap upaya serangan balik (counterattack) musuh menjadi “sia-sia.” Pasukan yang bergerak untuk melakukan manuver ofensif akan segera terdeteksi, dilacak, dan dihancurkan oleh drone loitering munition atau artileri yang dipandu drone, jauh sebelum mereka mencapai garis kontak.
Drone, khususnya FPV, adalah senjata yang sangat efisien. Biaya produksinya yang relatif murah (hanya ribuan dolar) mampu mengancam dan menghancurkan aset musuh yang nilainya ratusan ribu hingga jutaan dolar, seperti tank, sistem artileri self-propelled, atau kendaraan lapis baja. Rasio biaya-manfaat (cost-effectiveness) ini memaksa musuh untuk bertahan dalam kondisi kerugian ekonomi dan material yang tidak berkelanjutan.
Di lingkungan operasi yang paling kompleks—pertempuran daerah padat penduduk—drone menjadi penentu. Mereka memberikan “kesadaran situasional” yang vital tanpa harus mempertaruhkan nyawa pasukan untuk pengintaian. Drone memungkinkan penghancuran “target tertentu” dengan presisi tinggi, mengurangi risiko korban sipil dan kerusakan kolateral dibandingkan dengan tembakan artileri atau udara tradisional yang kurang akurat.
Drone secara drastis mempersingkat siklus OODA (Observe, Orient, Decide, Act) pasukan. Proses mengamati target, mengarahkan senjata, memutuskan untuk menyerang, dan melaksanakan serangan, yang dulu memerlukan waktu menit hingga jam, kini dapat diselesaikan dalam hitungan menit atau bahkan detik oleh seorang operator drone yang terhubung langsung dengan unit tembak. Kecepatan ini membuat pasukan lawan selalu tertinggal dalam siklus pengambilan keputusan.
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451672/original/032705600_1766327853-1000717196.jpg)



