Nilai tukar rupiah melemah pada penutupan perdagangan Senin (22/12/2025) di Jakarta, tercatat turun 27 poin atau 0,16 persen menjadi Rp16.777 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.750 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mengikuti tren pelemahan, berada di level Rp16.773 per dolar AS dari Rp16.735 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Taufan Dimas Hareva ekonom mengatakan, pelemahan kurs rupiah seiring sikap hati-hati pelaku pasar menjelang rilis lanjutan data ekonomi AS.
“Pelemahan ini sejalan dengan penguatan terbatas dolar AS di pasar global, seiring meningkatnya kehati-hatian pelaku pasar menjelang rilis lanjutan data ekonomi Amerika Serikat serta pergerakan imbal hasil US Treasury yang kembali naik tipis,” ungkapnya dilansir dari Antara.
Kondisi tersebut dinilai mendorong arus dana cenderung defensif dan membatasi ruang penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Sebelumnya, tercatat Consumer Price Index (CPI) tahunan AS sebesar 2,7 persen pada bulan November 2025 atau lebih rendah dari proyeksi pasar 3,1 persen dan turun dari 3 persen pada bulan September 2025.
Adapun tingkat inflasi bulanan adalah 0,2 persen pada bulan November, turun dari 0,3 persen pada bulan September. Pada bulan Oktober, data inflasi tidak dirilis karena penutupan pemerintah federal.
Di sisi domestik, sentimen pasar masih relatif netral dengan fokus utama terhadap stabilitas inflasi dan arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).
Kendati fundamental rupiah dinilai masih terjaga, lanjutnya, tekanan eksternal membuat pergerakan rupiah cenderung fluktuatif dalam jangka pendek.
“Secara teknikal, selama rupiah masih bergerak di atas area Rp16.800, tekanan dinilai belum mengarah ke pelemahan yang lebih dalam. Namun, apabila sentimen global memburuk dan dolar AS menguat signifikan, rupiah tetap memiliki risiko mendekati level Rp17 ribu dalam beberapa waktu ke depan,” ujar Taufan. (ant/saf/ipg)




