China memberlakukan tarif impor hingga hampir mencapai 43 persen pada beberapa produk susu dari Uni Eropa. Pemberlakuan tarif ini diteken setelah China melakukan penyelidikan anti-subsidi yang menambah perselisihan perdagangan timbal balik dengan blok tersebut.
Mengutip Bloomberg Senin (22/12) berdasarkan informasi dari Kementerian Perdagangan China, negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping tersebut memutuskan tarif bea masuk hingga 42,7 persen pada beberapa produk susu dari Uni Eropa setelah penyelidikan menemukan fakta kegiatan ekspor Uni Eropa disubsidi.
Penyelidikan terhadap produk ekspor dari Eropa dilakukan China pada Agustus 2024, dengan fokus pada produk-produk termasuk keju segar dan olahan. Penyelidikan ini kemudian ditentang oleh Uni Eropa dan meminta konsultasi melalui Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).
Sebelumnya, China mencatatkan surplus perdagangan untuk pertama kalinya melesat menembus lebih dari USD 1 triliun dalam setahun.
Mengutip Bloomberg, Selasa (9/12), ekspor China kembali tumbuh 5,9 persen dibanding tahun lalu pada November 2025, setelah sempat turun pada bulan sebelumnya.
Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi daripada impor yang hanya naik 1,9 persen. Hasilnya, surplus perdagangan bulan November mencapai USD 112 miliar dan menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah China dan lebih tinggi dari perkiraan para ekonom.
Selama 11 bulan pertama 2025, surplus China mencapai USD 1,1 triliun, melampaui rekor setahun penuh pada 2024. Padahal, pengiriman barang ke AS anjlok 29 persen.
Namun, penjualan ke Uni Eropa dan Afrika tumbuh kuat, sehingga mampu menutup penurunan tersebut. Dominasi ekspor China ini menimbulkan reaksi negatif di luar negeri.



