IDAI: Masuk SD Terlalu Dini Bisa Ganggu Tumbuh Kembang Anak

kumparan.com
4 jam lalu
Cover Berita

Banyak orang tua berpikir patokan masuk sekolah dasar hanya berdasarkan usia anak. Padahal kesiapan sekolah jauh lebih kompleks dari itu. Perbedaan usia saat mulai sekolah dapat memengaruhi perilaku, emosi, hingga proses tumbuh kembang anak dalam jangka panjang.

Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial IDAI, Dr. dr. Hesti Lestari, Sp.A, Subsp. TKPS(K), menegaskan bahwa usia merupakan faktor paling umum yang mempengaruhi kesiapan anak masuk sekolah. Di Indonesia, aturan terkait usia masuk sekolah dasar telah diatur secara jelas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.

“Ada yang disebut prioritas. Diterima kalau dia sudah berusia 7 tahun dan dia minimal 6 tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan,” ucap dr. Hesti saat webinar bersama IDAI, Selasa (16/12).

Meski begitu, peraturan tersebut juga memberikan pengecualian bagi anak-anak tertentu. Anak dengan kecerdasan istimewa, bakat istimewa, serta kondisi psikis yang dinilai memadai tetap dapat diterima lebih awal.

“Ada pengecualiannya disebut, minimal 5 tahun 6 bulan kalau dia cerdas istimewa, berbakat istimewa, dan secara psikis memadai dan ada bukti dengan suratnya. Itu ada dalam peraturan ya, Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah,” jelasnya.

Masuk SD Terlalu Dini, Apa Risikonya bagi Anak?

Namun, dr. Hesti mengingatkan bahwa masuk sekolah di usia yang lebih muda dari rata-rata dapat membawa risiko tertentu. Berdasarkan jurnal yang ada, anak yang memulai sekolah terlalu dini dilaporkan memiliki kemungkinan lebih besar menunjukkan perilaku hiperaktif. Hal ini bisa terjadi karena anak merasa berbeda dibandingkan teman-temannya yang usianya lebih matang.

“Anak perempuan juga ada yang melaporkan risiko lebih besar mengalami kehamilan saat remaja mungkin karena teman-teman pergaulannya itu sudah berusia lebih tua,” imbuhnya.

Sehingga, kesiapan sekolah anak sebaiknya dipersiapkan sejak dini secara menyeluruh. Oleh karena itu, dr. Hesti menekankan bahwa perkembangan anak merupakan proses berkesinambungan yang mencakup berbagai dimensi, bukan hanya kemampuan kognitif.

Perkembangan emosi dan perilaku, seperti kemampuan fokus, berbagi dengan teman, serta mengelola emosi, juga menjadi bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam menyiapkan anak memasuki dunia sekolah, Moms.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Dua Kartu Merah Warnai Kekalahan Persija di Padang, Bali United Putus Rekor Buruk
• 1 jam laluskor.id
thumb
Program Pengabdian Masyarakat: Pengembangan Diversifikasi Produk Olahan Nanas UMKM Radja Nanas, Bantaeng
• 10 jam laluharianfajar
thumb
Kejagung Dukung Penuh KPK Usut Kasus Oknum Jaksa HSU: Kita Tidak Akan Intervensi
• 4 jam lalukumparan.com
thumb
Bus Maut Cahaya Semarang yang Tewaskasn 16 Orang di Tol Krapyak tak Layak Jalan dan Ilegal
• 9 jam lalumerahputih.com
thumb
Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana Sumatra Dimulai, Target Rampung 2026
• 5 jam lalugenpi.co
Berhasil disimpan.