Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) Bank Indonesia (BI) Solikin M. Juhro optimistis pertumbuhan kredit di penghujung 2025 bisa meningkat. Hal ini terjadi meski pertumbuhan kredit pada 2025 belum sekuat dibandingkan tahun lalu.
“Mudah-mudahan Insya Allah di Desember akhir tahun bisa di atas 8% sebagaimana target BI,” kata Solikin dalam Taklimat Media di Gedung BI, Senin (22/12).
Namun, ia mengatakan pertumbuhan kredit ini masih perlu dorongan ekonomi. Terutama dari sisi demand maupun supply yang mempengaruhi pertumbuhan kredit.
Meski belum sekuat tahun lalu, Solikin menilai laju pertumbuhan kredit pada tahun ini sudah memberikan sinyal positif. “Meski tidak sekuat tahun lalu, tapi sudah tumbuh bagus. Sekarang tumbuh per November 2025 7,74% secara tahunan (yoy),” ujar Solikin.
Penyebab Kredit Belum KuatGubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya mengatakan peran kredit perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi perlu terus ditingkatkan. Perry menyebut permintaan kredit terindikasi belum kuat.
“Ini dipengaruhi oleh perilaku wait and see dari pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, serta penurunan suku bunga kredit yang masih lambat,” ujar Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Desember 2025, Rabu (17/12).
Ia menambahkan, fasilitas pinjaman yang belum dicairkan atau undisbursed loan pada November 2025 masih besar yaitu mencapai Rp 2.509,4 triliun. Angka ini menunjukan 23,18% dari plafon kredit yang tersedia belum tersalurkan.
Sementara dari sisi penawaran, kapasitas pembiayaan bank tetap memadai. Hal ini ditopang oleh rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang meningkat menjadi sebesar 29,67% dan DPK yang tumbuh sebesar 12,03% yoy pada November 2025.
“Perkembangan ini turut didorong oleh ekspansi likuiditas moneter dan pelonggaran KLM Bank Indonesia, serta ekspansi keuangan Pemerintah termasuk penempatan dana Pemerintah pada beberapa bank besar,” kata Perry.




