FAJAR.CO.ID, SURABAYA — Perayaan Natal dan pergantian tahun 2025 ke 2026 di Provinsi Jawa Timur dipastikan akan diwarnai dengan cuaca ekstrem. Hal itu mengacu prediksi dari
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda.
BMKG Juanda memprediksi cuaca ekstrem, seperti hujan deras, petir, disertai angin kencang bakal melanda sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur selama beberapa hari ke depan hingga pergantian tahun.
Kepala BMKG Juanda, Taufiq Hermawan mengatakan selama sepuluh hari kedepan, yakni 21 – 31 Desember 2025, cuaca ekstrem diperkirakan terjadi di 38 kabupaten/ kota di Jawa Timur.
“Masyarakat diimbau waspada, karena cuaca ekstrem dapat memicu hidrometeorologi, seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, hujan es, banjir bandang, hingga longsor,” tutur Taufiq, Senin (22/12).
Adapun 38 kabupaten/kota yang harus diwaspadai terhadap cuaca ekstrem, antara lain Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri.
Kemudian Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi , Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Gresik.
Begitupun Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan.
Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota Surabaya, dan terakhir Kota Batu.
Ia menjelaskan, potensi cuaca ekstrem di Jawa Timur dipicu oleh fenomena atmosfer, yakni aktifnya monsun Asia serta keberadaan bibit siklon tropis 93S di Samudra Hindia selatan Jawa Barat.
“Bibit siklon tropis 93S berdampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca, khususnya di Jatim. Kondisi ini juga berpotensi meningkatkan ketinggian gelombang di perairan Jawa Timur,” lanjutnya.
Selain itu, potensi cuaca ekstrem di Jawa Timur juga dipicu oleh suhu muka laut Selat Madura yang masih tinggi serta kondisi atmosfer lokal yang labil dan lembap, sehingga mendukung pertumbuhan awan konvektif.
BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap perubahan cuaca mendadak dan dampak bencana hidrometeorologi yang timbul, terutama di wilayah dengan topografi curam, bergunung, atau tebing.
“Masyarakat bisa memantau cuaca terkini berdasarkan citra radar cuaca WOFI melalui website, informasi peringatan dini 3 harian, serta peringatan dini setiap 2-3 jam ke depan yang dibagikan BMKG Juanda,” tukas Taufiq. (fajar)



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5411625/original/088198500_1763018099-IMG_2044.jpeg)
