Terdapat berbagai kendala di lapangan dalam pemulihan sektor energi, khususnya kelistrikan serta distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga Liquefied Petroleum Gas (LPG) di wilayah terdampak bencana, Provinsi Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh.
Pemulihan tersebut masih menghadapi tantangan berat akibat kerusakan infrastruktur dan keterbatasan akses.
Baca Juga: Jadi Destinasi Favorit pada Nataru, Wamenpar Cek Kesiapan Taman Rekreasi
Hal ini dilaporkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kepada Presiden RI Prabowo Subianto pada Rapat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Mengawali Sidang Kabinet, Presiden Prabowo menyatakan sebagian besar wilayah sudah tersambung listrik, namun ada lokasi yang belum bisa dinyalakan karena kondisi yang berbahaya.
"Kabel yang melewati area yang masih tergenang berbahaya. Jika dipaksakan menyambung listrik, hal ini bisa menimbulkan korban jiwa. PLN bekerja dalam kondisi yang sangat menantang," kata Prabowo, dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Senin (22/12).
Secara teknis, Bahlil menjelaskan perkembangan pasokan listrik di Aceh. Saat ini, total kapasitas pembangkit di Banda Aceh sekitar 110 Mega Watt (MW) dan rata-rata beban yang masuk saat ini berkisar 66 MW, meski sebagian pasokan masih berasal dari genset.
"Jaringan induk yang telah terpasang kini mencapai sekitar 80-90 persen, dan diperkirakan dalam beberapa minggu semua akan kembali normal. Jika ini terjadi, aliran listrik dari Arun dan Bireuen akan bisa masuk secara normal," jelas Bahlil.
Untuk transmisi antarpulau Sumatra, sambungan sudah terkoneksi. Namun, meski jaringan dasar terhubung, distribusi ke desa-desa masih terkendala karena kerusakan infrastruktur yang parah.
Bahlil menegaskan bahwa banyak jalan yang sulit dilalui, tiang-tiang listrik yang roboh, dan beberapa desa masih terendam banjir. Jika listrik dipaksakan dialirkan ke area yang masih terendam, itu berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Selain listrik, Bahlil melaporkan kondisi pasokan BBM dan LPG khususnya di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Menurutnya, kondisi di Sumatra Barat relatif lebih baik. Di Sumatra Utara, isu utama saat ini adalah ketersediaan LPG.karena akses jalan masih terganggu sehingga dibutuhkan tambahan pasokan melalui jalur laut.
Untuk Aceh, Bahlil mengakui situasinya masih berat, khususnya di tiga kabupaten yang hanya dapat dijangkau melalui udara untuk memenuhi kebutuhan BBM dan LPG.
"Di tiga kabupaten di Aceh diperlukan upaya luar biasa karena akses darat belum memungkinkan. Kami menyalurkan pasokan lewat jalur udara menggunakan helikopter dan pesawat Hercules, memanfaatkan jalan tikus, serta mengirimkan dengan rakit. Apa pun yang bisa mempercepat distribusi, kami maksimalkan," jelas Bahlil.



:quality(80):format(jpeg)/posts/2025-12/21/featured-5a2542a896208f2a5a8206826c4f3f96_1766279591-b.jpg)
