REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah Islam Indonesia, tidak semua perjumpaan penting tercatat secara formal. Sebagian justru hidup dalam ingatan kolektif umat, dituturkan dari satu majelis ke majelis lain, dari satu jamaah ke jamaah berikutnya. Kisah hubungan Gus Dur dan Guru Sekumpul berada dalam wilayah itu, sunyi dari sorotan, tetapi kuat pengaruhnya.
Gus Dur, atau Abdurrahman Wahid, dikenal sebagai ulama, intelektual, dan negarawan yang melintasi banyak batas. Sementara Guru Sekumpul, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, adalah ulama karismatik Banjar yang memilih jalan dakwah kultural dan spiritual. Keduanya menempuh jalur berbeda, namun bertemu pada nilai yang sama: Islam yang berakar pada akhlak dan kasih sayang.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Mengapa Jutaan Orang Mau Menghadiri Haul Guru Sekumpul? Riset Berikut ini Jawabannya
- Riset: Ini Lima Fenomena Bukti Cinta Warga kepada Guru Sekumpul
- Kala Ombak Ahli Dzikir Mendebur di Haul Guru Sekumpul
Dalam buku Abdurrahman Wahid: Muslim Democrat, Indonesian President karya Greg Barton (UNSW Press, 2002), Gus Dur digambarkan sebagai sosok yang memiliki penghormatan mendalam kepada tradisi tasawuf dan para ulama karismatik. Ia meyakini bahwa stabilitas moral umat sering kali dijaga oleh figur-figur yang bekerja dalam senyap.
Guru Sekumpul adalah salah satu figur yang kerap disebut dalam konteks tersebut. Dalam buku Manaqib Guru Sekumpul yang disusun Abdul Aziz Al-Banjari, digambarkan bagaimana Guru Sekumpul menjalani kehidupan yang sederhana, menjauhi hiruk-pikuk kekuasaan, dan memusatkan dakwah pada pengajaran, zikir, serta pembinaan akhlak jamaah.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Sejumlah penelitian tentang ulama Banjar, antara lain dalam buku Ulama Banjar dan Karisma Spiritual karya Alfani Daud, menyebutkan bahwa Guru Sekumpul memiliki otoritas keagamaan yang tumbuh bukan dari jabatan, melainkan dari keteladanan. Karakter inilah yang sejak lama menjadi perhatian Gus Dur dalam memandang peran ulama di tengah masyarakat.
Beberapa kesaksian menyebutkan bahwa Gus Dur menaruh hormat besar kepada Guru Sekumpul. Gus Dur dikenal tidak mudah terpesona oleh simbol formal keulamaan, tetapi sangat peka terhadap kehadiran ulama yang memancarkan ketulusan dan keikhlasan dalam membimbing umat.
Dalam jurnal Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, M. Zainal Arifin melalui artikelnya Karisma Ulama dan Otoritas Spiritual di Indonesia menjelaskan bahwa ulama seperti Guru Sekumpul membangun pengaruh melalui konsistensi akhlak. Model otoritas semacam ini juga sejalan dengan pandangan Gus Dur tentang kepemimpinan moral dalam Islam.
