Airlangga: Dokumen Tarif AS untuk RI Diteken Januari 2026

Kesepakatan mengenai hasil negosiasi tarif resiprokal yang dikenakan Amerika Serikat (AS) ke Indonesia menemui titik terang. Dokumen mengenai kesepakatan tersebut ditarget akan ditandatangani pada akhir Januari 2026.

Menko bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, saat ini seluruh isu dalam dokumen Agreement Reciprocal Trade (ART) sudah disetujui baik oleh AS maupun Indonesia. Dengan begitu, kini proses selanjutnya adalah penyelesaian proses teknis.

“Setelah seluruh proses teknis diselesaikan maka diharapkan sebelum akhir bulan Januari ini (2026) akan disiapkan dokumen untuk dapat ditandatangani secara resmi oleh Bapak Presiden Prabowo dan Presiden Amerika Serikat Pak Donald Trump,” kata Airlangga dalam konferensi pers secara daring, Senin (23/12).

Prabowo akan terbang langsung ke Washington DC untuk penandatanganan. Meski demikian, pemerintah AS masih mengatur waktu yang tepat untuk pertemuan Prabowo dengan Trump.

Airlangga menyebut, dokumen ART yang sudah disepakati masih sesuai dengan kesepakatan per 22 Juli lalu. Dalam kesepakatan tersebut, AS juga memberi pengecualian bagi beberapa komoditas asal Indonesia seperti minyak sawit sampai teh.

“Dan tentunya yang utama tentu memberikan keseimbangan bagi akses pasar untuk produk-produk di Amerika pada hal yang sama juga terkait dengan (9:40) akses pasar bagi Indonesia ke Amerika,” ujar Airlangga.

Nah salah satu tentu AS memberikan pengecualian kepada tarif produk keunggulan kita seperti minyak sawit, kopi, teh.Dan tentunya Amerika sangat berharap untuk mendapatkan akses terhadap critical mineral,” lanjutnya.

Untuk itu, Airlangga juga sudah membahasnya dengan perwakilan USTR, Jamieson Greer di Washington DC. Adapun Airlangga sebelumnya memang sudah berangkat ke AS pekan lalu.

Dengan adanya bahasan sejak sejak tanggal 17 sampai 22 Desember ini, Airlangga juga yakin penandatanganan ART tak lagi menemui hambatan.

“Seluruhnya sudah dibahas dan seluruhnya sudah disetujui oleh kedua belah pihak. Jadi tidak ada lagi faktor yang bisa menghambat penandatanganan daripada ART ini,” kata Airlangga.

Ia juga memastikan bahwa tidak ada kebijakan Indonesia yang dibatasi oleh AS dengan kesepakatan ART nantinya.

“Tdak ada kebijakan di Indonesia yang dibatasi oleh perjanjian ini. Dan tentunya kerja perjanjian ini sifatnya adalah komersial dan strategis dan menguntungkan kepada kepentingan ekonomi kedua negara secara berimbang atau balance,” ujarnya.

Pada Juli lalu, Indonesia memang akan menghapus pembatasan ekspor sejumlah komoditas industri ke AS termasuk mineral kritis. Keputusan ini diumumkan langsung oleh Trump dalam pernyataan resmi Gedung Putih.

“Indonesia akan menghapus pembatasan ekspor ke Amerika Serikat untuk komoditas industri, termasuk mineral kritis,” tulis Trump.

Pelonggaran ekspor komoditas ini menjadi salah satu kesepakatan dalam negosiasi tarif impor yang dikenakan AS ke Indonesia. Semula Indonesia kena 32 persen, tapi turun jadi 19 persen.

Imbalannya, Trump meminta Indonesia melonggarkan banyak hambatan tarif ekspor produk AS ke Indonesia menjadi 0 persen dan perbanyak ekspor komoditas mineral ke negaranya. Indonesia merupakan produsen utama mineral seperti tembaga, kobalt, dan nikel.

“Disepakati bahwa Indonesia akan menjadi Pasar Terbuka bagi Produk Industri dan Teknologi Amerika, serta Produk Pertanian, dengan menghapus 99 persen hambatan tarif mereka,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

Kesepakatan lainnya, seperti yang sudah disampaikan Trump, Indonesia akan membeli 50 unit pesawat Boeing, kebanyakan tipe 777. Produk pertanian AS juga akan bebas masuk Indonesia.