Berbicara kotoran memang menjijikan. Namun, kotoran hewan yang satu ini sepertinya menarik untuk dibicarakan karena memiliki bentuk tak biasa, yakni persegi alias kotak.
Hewan tersebut adalah wombat. Mereka merupakan makhluk yang penuh kejutan. Salah satunya adalah fakta unik yang sudah lama bikin orang geleng-geleng kepala, yakni kotoran berbentuk kotak.
Bukan cuma kotak, kotoran itu juga ditumpuk rapi. Ya, benar-benar ditata seperti menara kecil dari balok-balok kotoran, biasanya di sekitar batu besar atau batang kayu. Selama ini, para ilmuwan menduga tumpukan itu ada karena kotoran berbentuk kotak tidak mudah menggelinding.
Namun riset terbaru yang terbit di Journal of Zoology menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik, kotoran kotak ini ternyata berfungsi sebagai alat komunikasi antar-wombat.
“Ada banyak tanda bahwa ‘toilet umum’ ini penting bagi wombat,” ujar Scott Carver, penulis utama studi sekaligus profesor di Odum School of Ecology, University of Georgia, sebagaimana dikutip IFL Science.
“Mereka memilih objek-objek yang menonjol di lanskap, seperti batang kayu atau batu besar, lalu menumpuk kotorannya di sana. Kami menduga ini berkaitan dengan komunikasi lewat bau, tetapi sejauh ini hampir tidak ada riset yang membahasnya.”
Untuk membuktikan dugaan tersebut, langkah pertama para peneliti justru dimulai dari hidung wombat. Pada hewan dengan indera penciuman tajam, biasanya terdapat struktur khusus di hidung, seperti organ vomeronasal pada kucing. Organ inilah yang membuat kucing sering memasang ekspresi bau aneh saat mencium sesuatu.
Ternyata, wombat juga memiliki organ serupa. Ini menjadi petunjuk awal bahwa indera penciuman memainkan peran penting dalam kehidupan mereka.
Langkah berikutnya membawa para peneliti langsung ke latrine wombat, tempat tumpukan kotoran kotak itu berada. Dari sana, mereka mengumpulkan beberapa kubus kotoran untuk dianalisis komposisi kimianya. Dengan teknik gas chromatography dan mass spectrometry, tim peneliti berhasil mengidentifikasi jejak kimia tertentu yang berpotensi berfungsi layaknya feromon.
“Kami menemukan bahwa setiap wombat memiliki ciri kimia yang berbeda—atau bau—dalam kotorannya,” kata Carver. “Wombat punya struktur penciuman yang baik dan campuran kimia yang khas, sehingga kemungkinan besar mereka bisa mengenali individu satu sama lain.”
Apa yang bagi manusia hanya tampak seperti tumpukan kotoran anonim, bagi wombat ternyata adalah semacam buku tamu bagi hewan lain. Lewat kotoran ini, satwa liar tersebut bisa mengetahui siapa saja yang berada di suatu wilayah, serta kapan pendatang baru muncul.
Ini seperti aplikasi kencan tapi tanpa ponsel, melainkan dengan banyak kotoran. Lewat latrine ini, wombat bisa mendapatkan informasi tentang usia, jenis kelamin, hingga status reproduksi wombat lain di sekitarnya. Cara ini menjadi solusi komunikasi jarak jauh yang efektif bagi hewan yang dikenal hidup menyendiri.
Penelitian ini memang masih awal. Dari total 44 senyawa kimia berbeda yang teridentifikasi, para ilmuwan belum sepenuhnya memahami arti masing-masing bagi wombat. Namun Carver berharap riset lanjutan akan membuka sisi baru dari salah satu hewan paling ikonik Australia ini.
“Banyak dari kita punya kucing atau anjing, dan kita sering melihat mereka mengendus lama sekali di semak-semak dan kita tahu mereka menangkap sesuatu yang tidak bisa kita pahami. Dunia penciuman mereka jauh lebih kompleks,” ujar Carver.
“Wombat adalah hewan ikonik Australia yang hidup soliter. Jika kamu hidup sendirian, bagaimana caramu berkomunikasi dengan yang lain?”




