Berikut ini kumpulan contoh cerita jenaka singkat dan menghibur untuk anak sekolah.
Apa itu cerita jenaka?
Cerita jenaka adalah kisah yang mengandung unsur humor atau kelucuan yang bertujuan untuk menghibur pembaca.
Yuk, cek contoh cerita jenaka lengkapnya di bawah ini!
1. Penggaris yang JujurRaka sedang ujian Matematika dan harus menggambar garis 10 cm di kertas ujiannya.
Ia menatap penggaris dengan wajah tegang, lalu berbisik pelan, “Penggaris, jangan bohong ya, tolong bantu aku.”
Saat akan mulai menggambar, penggaris itu malah tergelincir dari meja dan jatuh ke lantai, membuat beberapa teman menoleh karena kaget.
Raka memungut penggarisnya sambil cengar-cengir. “Wah, penggarisku jujur banget, nggak mau dipakai nyontek,” gumamnya pelan.
Dia akhirnya mengukur perlahan, kali ini benar-benar serius menghitung sampai tanda 10 cm.
Guru yang melihat Raka sibuk sendiri hanya tersenyum, mengira Raka sangat teliti, padahal ia lagi ngobrol dalam hati dengan penggarisnya.
Artikel Terkait: 1001 Dongeng Sebelum Tidur, Kumpulan Cerita Singkat untuk Anak 2. Sepatu Kiri yang TersesatPagi itu, Dinda terburu-buru berangkat ke sekolah karena hampir terlambat. Ia asal mengambil sepatu dari rak tanpa terlalu memperhatikan.
Sesampainya di sekolah, barisan upacara sudah siap dan Dinda ikut bergabung di belakang. Saat melihat ke bawah, ia baru sadar kaki kanan memakai sepatu hitam, kaki kiri memakai sepatu cokelat.
Temannya langsung berbisik, “Din, kok sepatumu beda?” Dinda menatap kakinya dan malah tertawa.
“Tenang, di rumah masih ada satu pasang lagi yang kayak gini, sepatunya juga bingung milih pasangan,” jawabnya santai.
Temannya ikut terkikik, sementara guru piket yang lewat menggeleng pelan, berusaha menahan tawa melihat gaya sepatu Dinda yang “anti-mainstream”.
3. Pensil PemalasBudi duduk di bangku paling depan saat pelajaran menggambar. Ia baru saja meraut pensilnya, tapi ketika mulai dipakai, ujung pensilnya patah lagi dan lagi.
“Bu, pensil Budi malas banget,” keluhnya sambil mengangkat pensil kecil itu.
Guru menoleh, lalu mendekat dengan wajah penasaran.
“Kok bisa malas?” tanya guru. Budi menghela napas dramatis. “Iya, baru dipakai sebentar sudah rebahan… alias patah,” jawabnya sambil menunjuk ujung pensil yang tumpul.
Satu kelas tertawa pelan, dan guru pun tersenyum sambil meminjamkan pensil cadangannya. “Berarti pensilmu butuh libur, ya. Sekarang pakai ini dulu,” katanya.
4. Jam Dinding NgantukanDi kelas, jam dinding adalah benda paling sering dilirik para murid, apalagi menjelang istirahat.
Hari itu, jam berhenti tepat di angka 9, padahal mereka sudah merasa belajar sangat lama. “Kok jamnya nggak jalan-jalan?” tanya salah satu murid. Mereka menatap jarum jam yang diam seperti sedang tidur.
Beberapa siswa langsung bersorak pelan, “Yes, waktunya istirahat selamanya!” sambil pura-pura lega.
Guru yang menyadari jamnya mati ikut menengadah, lalu berkata santai, “Tenang, nanti jamnya dibangunkan tukang servis. Sementara itu, kalian yang jangan ikut-ikutan tidur seperti jam, ya.”
Suasana kelas pun jadi lebih cair dan semua tertawa.
5. Buku PR yang MaluRani duduk gelisah saat guru matematika masuk sambil membawa buku nilai. Hari itu jadwal mengumpulkan PR, sementara bukunya tertinggal di rumah. Ketika namanya dipanggil, Rani maju dengan langkah pelan. “Rani, mana buku PR-mu?” tanya guru.
“Bukunya malu, Bu,” jawab Rani lirih. Guru mengernyit bingung. “Malu kenapa?” Rani menarik napas lalu berkata, “Soalnya kosong semua, Bu. Dia nggak berani tampil di depan kelas.”
Beberapa teman tertawa, dan guru pun tersenyum, kemudian menasihatinya agar lain kali mengisi dulu PR-nya, biar bukunya tidak malu muncul di kelas.
6. Kalkulator Kebanyakan HitungSaat ujian, Andi duduk serius dengan wajah penuh konsentrasi. Soal matematika hari itu cukup rumit, membuatnya tak berhenti menekan tombol kalkulator. Hampir setiap angka ia cek ulang, seolah kalkulator itu sahabat paling bisa diandalkan.
Tiba-tiba kalkulatornya berhenti merespons, layar menjadi aneh seperti hang. Andi menghela napas panjang, lalu berbisik, “Kasihan, dia juga pusing sama soalnya.” Teman di sebelahnya yang mendengar segera menahan tawa.
Guru yang lewat hanya melihat Andi memijat pelan kalkulator, seakan sedang menenangkan teman yang stres.
7. Tas Sekolah yang ProtesSetiap hari tas Fajar diisi dengan buku teks, buku latihan, alat tulis, dan terkadang bekal makanan.
Tasnya tampak semakin mengembang seperti balon penuh. Suatu pagi, ia memaksa memasukkan satu buku tebal lagi.
Tiba-tiba resleting tasnya lepas dan sulit ditutup kembali.
Fajar menatap tasnya dan bergumam, “Oh, tasnya sudah protes, pengen cuti juga.” Temannya tertawa saat melihat isi tas tumpah sedikit ke luar.
Guru kemudian menyarankan Fajar untuk menyimpan sebagian buku di loker sekolah. “Kasihan tasmu, nanti benar-benar mogok kerja,” kata guru sambil tersenyum.
8. Penghapus yang Suka GosipNina sedang menulis cepat saat pelajaran bahasa Indonesia. Karena terburu-buru, ia sering salah tulis dan terpaksa menghapus.
Setiap kali penghapusnya digosokkan, serpihan karet putih bertebaran di mana-mana, seolah meninggalkan jejak.
“Penghapusku suka gosip,” celetuk Nina kepada temannya. “Maksudnya?” tanya temannya bingung.
Nina menjawab, “Setiap aku salah, dia langsung menyebarkan ‘hilangnya tulisan’ ke seluruh kertas.”
Temannya tertawa, membayangkan penghapus itu berbisik pada kertas, “Eh, tulisan tadi sudah nggak ada, ya.”
9. Seragam KetatSetelah libur panjang, Doni kembali ke sekolah dengan seragam yang tampak lebih sempit dari biasanya.
Ketika ia mencoba duduk, kancing bajunya sedikit tertarik. Gurunya memperhatikan dan bertanya, “Seragamnya mengecil ya, Doni?”
Doni tersenyum malu. “Bukan, Bu. Doni saja yang kebanyakan makan liburan kemarin,” jawabnya jujur.
Satu kelas tertawa kecil, dan guru pun menambahkan, “Berarti mulai hari ini seragam dan perut Doni sama-sama perlu diajak olahraga.”
Doni mengangguk sambil ikut tertawa.
10. Kacamata Lupa DiriPagi itu, Lala panik mencari kacamatanya. Ia membuka tas, menggeledah laci, bahkan bertanya pada adiknya, “Lihat kacamata kakak nggak?” Adiknya menggeleng sambil tetap main.
Lala lalu bertanya pada ibunya dan sampai pada kucing peliharaan yang didekapnya erat.
Setelah lima menit, ibunya memperhatikan wajah Lala dan tertawa, “La, itu kacamatanya nempel di kepala.”
Lala menyentuh kepalanya dan menemukan kacamata bertengger rapi di sana. “Oh… ternyata dia lagi nongkrong di situ,” ucap Lala malu-malu.
Seisi rumah tertawa, dan kucing hanya menguap tidak peduli.
11. Penggaris Ahli MusikGuru fisika sedang menjelaskan tentang bunyi dan getaran. Ia meminta contoh bunyi dari benda sekitar.
Tono yang duduk di dekat depan memegang penggaris, lalu mengetuknya ke meja. “Tok-tok-tok,” bunyinya jelas terdengar di kelas.
“Ini penggaris saya, Bu. Jurus spesial: ketukan hati murid saat lihat nilai ulangan,” kata Tono.
Sontak kelas tertawa karena merasa relate.
Guru fisika ikut tersenyum, lalu menjelaskan bahwa bunyi dari penggaris itu adalah contoh getaran yang merambat lewat udara, sambil tetap mengingat celetukan lucu Tono.
Artikel Terkait: 20 Cerita Dongeng untuk Bayi Usia 0-6 Bulan Simpel dan Penuh Makna 12. Botol Minum PelupaSetiap hari, Riko selalu minum dari kantin karena botol minumnya sering tertinggal di kelas.
Suatu sore, saat membereskan meja, ia menemukan botol minumnya masih manis tergeletak di pojokan meja.
“Wah, kamu betah banget di sekolah,” gumamnya pada botol itu.
Di rumah, ibunya heran melihat botol minum selalu bersih. “Kok botolnya nggak pernah kotor? Riko nggak dipakai ya?” tanya ibu.
Riko tertawa kecil, “Dipakai, Ma, tapi dia lebih suka tinggal di sekolah. Kayaknya betah main sama buku-buku.”
Ibunya menggeleng, lalu mengingatkan agar besok botolnya benar-benar diajak pulang.
13. Meja yang BergetarSaat pelajaran matematika, meja Adit bergoyang setiap kali ia menggerakkan tangan. Temannya menatap dengan heran.
“Dud, mejamu kenapa goyang-goyang?” tanya temannya. Meja itu bergetar makin kencang saat ulangan akan dibagikan.
Adit menatap meja dengan pura-pura serius. “Kayaknya dia ikut deg-degan, soalnya belum belajar buat ulangan,” katanya.
Temannya tertawa dan mengangguk, merasa meja di depannya juga sedikit bergetar, mungkin karena ia menggoyangnya sendiri.
Guru yang mendengar komentar itu tersenyum dan berkata, “Berarti lain kali mejanya juga harus diajak belajar.”
14. Pulpen Dua KepribadianPulpen Siska bisa mengeluarkan dua warna: hitam dan biru. Saat mencatat, tiba-tiba garis yang ia buat berubah warna di tengah jalan.
“Lho, kok tadi hitam, sekarang biru?” gumamnya, sambil memeriksa pulpen tersebut.
Temannya bertanya, “Kenapa, Sis?” Siska menjawab, “Pulpenku galau, belum yakin mau jadi tinta hitam atau biru.”
Mereka berdua tertawa, membayangkan pulpen itu sedang berdiskusi sendiri, “Aku pilih yang mana, ya?”
Guru pun memuji catatan Siska yang berwarna-warni, tanpa tahu kalau itu hasil pergulatan batin si pulpen.
15. Topi Sekolah yang KaburSaat upacara, angin bertiup cukup kencang di lapangan. Dimas berdiri rapi dengan topi yang agak longgar.
Tiba-tiba, hembusan angin membuat topinya terbang melayang ke tengah lapangan, membuat beberapa siswa menahan tawa.
Dimas hanya bisa menunduk malu. Saat upacara selesai, guru bertanya, “Kenapa topinya lari, Mas Dimas?” Dimas menjawab pelan, “Topinya nggak mau ikut baris-berbaris, Bu. Dia pilih olahraga lari cepat.”
Guru dan teman-temannya tertawa, lalu guru menyarankan untuk mengencangkan tali topi agar besok tidak “kabur” lagi.
16. Lonceng Istirahat yang DitungguDi tengah pelajaran, hampir semua murid sudah mulai gelisah. Perut mereka lapar, dan mata sering melirik ke jam dinding.
Mereka menunggu bunyi lonceng istirahat yang biasanya terdengar nyaring, tanda kebebasan sementara.
Namun hari itu, lonceng agak terlambat berbunyi. Tia berbisik ke teman sebangkunya, “Kayaknya loncengnya lagi loading, sinyalnya lemot.”
Temannya terkekeh menahan tawa. Tak lama kemudian, lonceng pun akhirnya berbunyi.
“Nah, download istirahatnya sudah selesai,” celetuk Tia sambil berdiri semangat menuju kantin.
17. Penghapus PemberaniDi tengah pelajaran, Anton iseng memainkan penghapus papan tulis di tangannya.
Tanpa sengaja, penghapus itu terjatuh dan menghantam lantai dengan bunyi “duk!” yang cukup keras. Seisi kelas kaget dan menoleh ke arahnya.
Anton tersenyum malu, lalu berkata, “Wah, penghapusnya berani, berkorban biar semua orang bangun dari ngantuk.”
Beberapa temannya tertawa karena memang beberapa detik sebelumnya banyak yang hampir tertidur.
Guru pun ikut tertawa kecil dan berkata, “Lain kali jangan pakai penghapus, ya. Cukup materi ulangan saja yang bikin kalian melek.”
18. Sandwich di Dalam BukuArman terbiasa membawa roti isi ke sekolah. Suatu hari, saat ingin menyimpan roti sebentar, ia menyelipkannya di antara halaman buku paket yang tebal. Ia berniat memakannya saat istirahat, tapi malah terlupa karena asyik bermain dengan teman.
Saat pelajaran berikutnya, ia membuka buku dan mendapati noda minyak di halaman. “Waduh, bukunya juga lapar, jadi ikut sarapan,” katanya pelan.
Temannya yang melihatnya tertawa, sementara guru mengingatkan agar makanan tidak disimpan di dalam buku.
“Kasihan bukunya, nanti ikut diet minyak,” canda guru.
19. Payung yang Salah WaktuKetika jam pulang, hujan turun cukup deras. Siswa-siswa yang membawa payung langsung membukanya, sementara Riri hanya berdiri di depan kelas dengan wajah bingung.
Temannya bertanya, “Kamu nggak bawa payung?”
Riri tersenyum kecut. “Bawa… tapi tertinggal di rumah,” jawabnya.
Ia kemudian menambahkan, “Payungku disiplin banget, cuma mau kehujanan hari Minggu.”
Temannya tertawa dan menawarkan untuk berbagi payung. Mereka pun berjalan pulang sambil bercanda sepanjang jalan yang basah kuyup.
20. Sepeda ke Sekolah yang KepoRafi biasanya lewat jalan utama yang lurus dan ramai saat bersepeda ke sekolah.
Suatu hari, ia mencoba lewat jalan baru yang sedikit memutar karena penasaran.
Ia melewati gang sempit, deretan warung, dan taman kecil yang sebelumnya belum pernah ia lihat.
Sampai di sekolah, temannya bertanya, “Kok datangnya agak telat?” Rafi menjawab santai, “Sepedaku pengin wisata, jadi tadi diajak lewat jalur muter dulu.”
Temannya terkekeh, membayangkan sepeda itu mengangkat tangan dan berkata, “Ayo, hari ini kita jalan-jalan dulu.”
Sejak itu, Rafi memilih berangkat lebih awal kalau mau “mengajak sepedanya keliling”.
Artikel Terkait: 21 Cerita Fabel Sederhana untuk Dongeng Tidur Anak, Kaya Pesan Moral!Itulah contoh cerita jenaka yang lucu dan menghibur untuk anak sekolah. Jadi, si Kecil suka contoh cerita jenaka yang mana, nih?
***
Tabel Perkalian 1 Sampai 10 agar Anak Pintar Belajar Matematika
10 Contoh Surat untuk Guru Singkat tapi Berkesan, Menyentuh Hati!
40 Puisi Hari Ibu Singkat Penuh Makna yang Menyentuh Hati





